Ilustrasi. Antrian panjang penumpang menunggu Transjakarta. (Ist)

Anies Pangkas Rute TransJak, Ini Beberapa Efek Yang Ditimbulkan

Loading

JAKARTA (Independensi.com) – Anggota Komisi D DPRD Provinsi DKI Jakarta Hardiyanto Kenneth mengritik langkah Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengurangi  operasional transportasi umum.

Anies memang mengeluarkan kebijakan ini dilakukan demi mencegah penyebaran virus corona atau Covid-19. Kebijakan ini membuat Transjakarta yang sebelumnya melayani 248 rute, dikurangi secara signifikan menjadi 13 rute dan keberangkatannya hanya setiap 20 menit.

Menurut Kenneth, perubahan jadwal tersebut membuat masyarakat Jakarta  yang tetap bekerja kesusahan, hingga akhirnya terjadi penumpukan penumpang di sejumlah halte Bus Transjakarta.

“Seharusnya pemangkasan jam operasional MRT, LRT, dan Transjakarta, harus dibarengi dengan penambahan sejumlah personel di setiap halte atau stasiun. Apabila tidak dikoordinasikan dengan baik maka akan menimbulkan sejumlah efek,” ujar Kenneth.

Misalnya, lanjut Kenneth, terjadinya penumpukan penumpang pada jam-jam tertentu. Dengan kejadian ini justru akan mengakibatkan penularan penyakit corona atau Covid – 19 lebih rentan.

“Solusinya bukan mengurangi rute transportasi umum, biarkan berjalan seperti biasanya. Ingat, meskipun terjadi wabah corona, masyarakat masih tetap membayar pajak, jadi pelayanan masyarakat sewajibnya harus tetap berjalan seperti biasa, ini adalah hak dasar dari masyarakat,” kata Kenneth.

Seharusnya, lanjut Kenneth, Pemprov DKI harus melakukan penambahan petugas untuk men-screening para penumpang yang hendak menggunakan transportasi umum, dan juga menyiapkan perlengkapan di setiap halte maupun stasiun agar penyebaran virus corona tidak meluas.

“Penumpang kendaraan umum harus lebih diperketat, seperti wajib memakai masker dan setiap petugas di halte harus menyiapkan hand sanitizer serta thermometer untuk mengukur suhu tubuh, supaya lebih aman. Jika ditemukan ada penumpang yang terindikasi maka akan lebih mudah untuk penanganannya, penyakit corona ini bisa diminimalisir penularannya, jika dari diri kita semua bisa menjaga kebersihan dan kesehatan,” katanya.

Menurut Kenneth, jika hal tersebut diberlakukan dalam jangka waktu lama tidak menutup kemungkinan bahwa akan banyak penumpang transportasi umum mengalami stres.

Dan stres bisa membuat daya imun tubuh manusia menurun dan rentan masuknya penyakit ke dalam tubuh. Karena hingga saat ini saja, masih banyak perkantoran di Jakarta yang belum menginstruksikan karyawan kerja di rumah.

“Coba tolong dikaji kembali, dan cari solusi yang tepat. Jangan malah mengurangi rute hingga terjadi penumpukan penumpang. Jika chaos siapa yang akan disalahkan? Apa Pak Anies mau bertanggung jawab?,” kata Kenneth.

Selain itu, Kenneth juga sangat menyayangkan jika ganjil genap ditiadakan di Jakarta. Ganjil genap seharusnya tetap diberlakukan agar tidak terjadi kemacetan.

“Coba lihat dari sisi kemanusiaan lah. Pelayanan masyarakat tidak boleh dikurangi atau dihilangkan, pelayanan harus tetap berjalan. Pak Gubernur jangan mengambil asumsi sendiri, saya imbau agar pelayanan transportasi umum harus berjalan seperti biasanya, hanya saja diperketat ketika hendak masuk,” ujarnya.