Bendungan Ciawi dan Sukamahi Rampung 2021, Kendalikan Banjir Jakarta

Loading

JAKARTA (Independensi.com) – Sebagai upaya Pemerintah dalam mengurangi kerentanan kawasan metropolitan Jakarta dari bencana banjir, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Ciliwung-Cisadane tengah menyelesaikan pembangunan dua bendungan kering (dry dam) yakni Bendungan Sukamahi dan Ciawi di Kabupaten Bogor. Pembangunan kedua bendungan merupakan bagian dari rencana induk pengendalian banjir (flood control) Jakarta yang sesuai kontrak kerja akan rampung tahun 2021.

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan, sebagai bendungan kering maka pengoperasinnya akan berbeda dengan bendungan lain,  dimana kedua bendungan ini baru akan digenangi air pada musim hujan. Sementara pada musim kemarau bendungan ini kering. Bendungan Kering di Ciawi dan Sukamahi merupakan yang pertama kalinya dibangun di Indonesia. Kedua bendungan ini bukan untuk keperluan irigasi atau air baku, namun untuk meningkatkan kapasitas pengendalian banjir.

Pembangunan Bendungan Sukamahi yang sudah direncanakan sejak tahun 1990-an, mulai dibangun tahun 2017 dan progresnya saat ini  sudah mencapai 60 %. Sedangkan progres lahan yang sudah bebas telah mencapai 40,86 hektare atau 92,67% dari kebutuhan 46,7 hektare. Pekerjaan berjalan kini meliputi galian tubuh bendungan, grouting tubuh bendungan, bangunan pelimpah (clearing dan pengecoran), pekerjaan hidromekanikal, pembangunan fasilitas umum (gardu pandang, masjid, gudang, landscaping), dan clearing area lahan.

Kontrak pembangunan Bendungan Sukamahi senilai Rp 447,39 miliar ditandatangani pada 20 Desember 2016 dengan kotraktor PT. Wijaya Karya-Basuki KSO. Bendungan Sukamahi memiliki daya tampung 1,68 juta m3 dan luas area genangan 5,23 hektare.

Sementara progres konstruksi Bendungan Ciawi saat ini sudah sebesar 73%. Progres konstruksi bendungan ini lebih cepat dari rencana sebesar 71,5%. Kontrak pekerjaan Bendungan Ciawi ditandatangani pada 23 November 2016 dengan kontraktor pelaksana PT. Brantas Abipraya dan PT. Sacna. Pembangunannya telah mulai pada 2 Desember 2016. Pengadaan lahan kedua bendungan dilakukan dengan skema dana talangan dimana kontraktor membiayai terlebih dahulu dan nantinya akan dibayarkan melalui Lembaga Manajemen Aset Negara (LMAN).

Bendungan Ciawi direncanakan memiliki volume tampung 6.05 juta m3 dan luas genangan 39.40 hektar dengan biaya pembangunan sebesar Rp 798,7 miliar. Bendungan ini didesain untuk mengurangi debit banjir yang masuk ke Jakarta dengan menahan aliran air dari Gunung Gede dan Gunung Pangrango sebelum sampai ke Bendung Katulampa yang kemudian mengalir ke Sungai Ciliwung. Rampungnya pembangunan Bendungan Ciawi akan mereduksi banjir sebesar 111,75 m3 per detik.

Dari penelusuran debit banjir kala ulang 50 tahun, dengan dibangunnya Bendungan Ciawi dan Bendungan Sukamahi mengurangi debit banjir di Pintu Air Manggarai sebesar 577,05 m3/det. Bila dikurangi dengan debit Sungai Ciliwung yang nantinya dialirkan Kanal Banjir Timur melalui Sudetan Ciliwung sebesar 60 m3/det maka debit di PIntu Air Manggarai sebesar 517,05 m3/det.

Disamping pembangunan infrastruktur fisik, Kementerian PUPR juga memiliki sistem peringatan dini banjir  telemetri yang mencatat tinggi muka air di beberapa pintu air dan pos pengamatan seperti Pos Katulampa, Pintu Air Depok, dan Pintu Air Manggarai. Selain itu juga telah diatur tingkat siaga dan kewenangan buka tutup pintu air.

Kementerian PUPR melalui BBWSCC setiap jam-nya melakukan pembaharuan informasi Tinggi Muka Air (TMA) sungai di pintu air/pos pengamatan, cuaca dilokasi dan kategori statusnya, tidak hanya di Sungai Ciliwung tetapi juga sungai-sungai lainnya di area Jabodetabek. (wst)