Kementan Tingkatkan Produksi Padi di Banten 2022, Ini Strateginya

Loading

JAKARTA (Independensi.com) – Kementerian Pertanian (Kementan) menggenjot produksi padi guna terwujudkanya surplus beras nasional 2022. Salah satu daerah sentra produksi dan penyangga pangan beras Ibukota adalah Provinsi Banten, yang menjadi perhatian utama untuk ditingkatkan produksi padinya.

Dirjen Tanaman Pangan, Suwandi mengatakan salah satu terobosan meningkatkan produktivitas dan produksi tahun 2022 adalah melalui program peningkatan Indeks Pertanaman (IP)400 atau tanam dan panen padi empat kali setahun. Petani di Provinsi Banten salah satunya yang proaktif mengenalkan IP400 secara baik, dengan urea 25 kg/ha, NPK 100 kg/ha, dan kompos 2 sampai 3 ton/ha.

“Saat ini dengan varietas yang tongkolnya 1 apabila disemprot dengan booster berupa mikroba ke daunnya pada ketiak 8, 9, 10 umur 21 hari itu bisa keluar tongkolnya sebanyak 2, 3, dan 4. Saat ini kita sedang melakukan replikasi dem farm terkait hal ini”, jelas Suwandi dalam webinar Bimbingan Teknis dan Sosialisasi (BTS) Propaktani yang mengangkat topik Strategi dan Upaya Peningkatan Produksi Padi di Banten Tahun 2022, Selasa (22/2/2022).

Suwandi menegaskan kinerja Kementan di bawah Komando Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo pada peningkatan produksi padi tiga tahun terakhir ini membuah hasil memuaskan yakni tidak impor beras umum. Karena itu, kondisi ini harus dipertahankan dimana IP400 tidak harus seperti naik tangga, bisa langsung loncat dengan memperhatikan benih genjah, pengendalian hama penyakit, mekanisasi, ketersediaan air dan tumpang sisip juga perlu dikenalkan pada petani di Provinsi Banten.

“Menteri Pertanian men-challenge saya, pertama produksi pangan harus naik terus setiap tahun, kedua produktivitas padi harus 6 ton ton perhektar ke atas. Ketiga, harus swasembada pangan yang akan dilaunching di bulan Agustus nanti,” paparnya.

Suwandi menambahkan salah satu langkah antisipatif untuk menjaga produksi padi nasional khususnya di Provinsi Banten pada musim kemarau yakni selain mendorong penggunaan bibit padi yang cocok untuk lahan kering, pompanisasi dan pipanisasi di sejumlah daerah yang rawan kekeringan pun harus dimasifkan. Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo telah menekankan bawah strategi ini terbukti berdampak besar pada peningkatan produksi pangan.

“Pompanisasi dan pipanisasi, menurut saya adalah program yang sangat efektif karena bisa menanam dengan hasil tiga kali lipat. Sistem ini juga sangat efisien menghemat anggaran negara. Dengan begitu, petani tetap bisa bercocok tanam meskipun terancam kekeringan,” tegas Suwandi.

Kepala Dinas Pertanian Provinsi Banten, Agus M. Tauchid S mengatakan berdasarkan data BPS melalui metode Kerangka Sampel Area (KSA),pProduksi padi tahun 2020 di Banten 1,65 juta ton gabah kering giling (GKG) setara dengan 937,82 ton beras. Produksi ini tentunya mengalami kenaikan 12,56% dibanding produksi padi tahun 2019 sebesar 1,47 juta ton GKG.

“Strategi peningkatan produksi padi ditempuh salah satunya melalui pengembangan irigasi pipanisasi. Bantuan Irigasi Perpipaan di Provinsi Banten, di tahun 2020 telah tersalur untuk 19 poktan dengan luas tanam 947 Ha dan tahun 2021 tersalur untuk 8 kelompok tani dengan luas tanam 272 hektar,” ungkapnya.

“Melalui irigasi pipanisasi pada tahun 2020 total air mengalir dalam waktu satu tahun mampu mengairi seluas 1.681 hektar, atau dua kali penanaman padi. Dengan adanya irigasi pipanisasi, provinsi banten memberikan investasi jangka panjang dan berkelanjutan bagi petani,” imbuh Agus.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Lebak, Rahmat Yuniar mengatakan teknologi Jaringan Irigasi Perpipaan, sebagai upaya mengatasi permasalahan air akibat dari penggunaan air yang tidak berimbang dan mengantisipasi konflik akibat kelangkaan air. Teknologi ini memiliki manfaat cukup banyak yakni air irigasi akan cepat sampai tujuan, efisiensi akan lebih tinggi, tidak mudah tercemar oleh keadaan sekitarnya dan volume pembagian air dapat diketahui.

“Selain itu, manfaatnya juga pada pemasangan pipa dan bangunan pelengkapnya cukup sederhana dan mudah sehingga menghemat luasan tanah yang digunakan untuk jaringan,” jelas Rahmat.

Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Banten, Ismatul Hidayah menjelaskan sesuai dengan instruksi Menteri Pertanian bahwa target Produktivitas padi harus lebih dari 6 ton/ha. Berdasarkan data BPS tahun 2022, produktivitas padi Provinsi Banten tahun 2021 sebesar 5,1 ton/ha dan ini merupakan peringkat 13 di Indonesia dengan luas panen 319.558,43 ha dan total Produksi 1,63 juta ton, dimana peringkat 9 di Indonesia.

“Saat ini teknologi peningkatan produktivitas padi menggunakan pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) yang merupakan pengembangan dari konsep Pengendalian Hama Terpadu yang sudah lebih dulu dikembangkan. Pendekatan PTT memfokuskan pada tanaman dan pengelolaan kesehatan tanaman, yang merupakan suatu sistem budidaya tanaman dan pengendalian hama penyakit yang terintegrasi, untuk mencapai hasil dan mutu panen yang optimal, keuntungan yang maksimal serta terjaminnya keseimbangan agroekosistem yang berkelanjutan,” terangya.(wst)