Minat pemudik menggunakan sepeda motor pada arus mudik 2017 diperkirakan masih tinggi, padahal pemerintah--dalam hal ini Kementerian Perhubungan--sudah menyiapkan program mudik gratis.

Mudik Gratis, Efektifkah Membendung Pemudik Motor ?

Loading

JAKARTA (IndependensI.com) – Sepeda motor sampai saat ini masih menjadi moda yang paling tidak diharapkan bagi pemerintah untuk digunakan masyarakat dalam aktivitas mudik maupun balik Lebaran.

Jumlahnya sebisa mungkin ditekan dari tahun ke tahun untuk menghindari potensi kecelakaan yang paling banyak dari kendaraan roda dua tersebut. Berdasarkan data Kementerian Perhubungan pada Masa Angkutan Lebaran 2016, kecelakaan yang melibatkan kendaraan roda dua, mencapai 70 persen.

Adapun perbandingan kendaraan bermotor yang terlibat kecelakaan lalu lintas, yakni sepeda motor 3.766 unit, mobil penumpang 864 unit, bus 157 unit dan mobil barang 407 unit. Artinya, sampai dengan tahun lalu, sepeda motor masih menjadi penyumbang terbesar kecelakaan lalu lintas selama periode Lebaran.

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi berjanji dapat memberikan pelayanan yang lebih baik dalam Lebaran kali ini.  “Kami bertekad memberikan pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat, sebagaimana amanah Presiden Joko Widodo,” katanya.

Untuk itu, pemerintah terus gencar menyosialisasikan agar masyarakat urung menjadikan motor sebagai pilihan moda transportasi dan beralih ke moda lain yang dinilai lebih aman.  Salah satu upaya yang dilakukan, yaitu menggelar mudik gratis sepeda motor oleh Kementerian Perhubungan yang merupakan program tahunan.

Pada Lebaran tahun ini, Kementerian Perhubungan kembali menggelar dan kali ini moda yang disediakan lebih beragam, yaitu bus, kereta api dan kapal laut yang tahun sebelumnya sempat ditiadakan.

Direktorat Jenderal Perhubungan Darat menyediakan total kuota 9.900 penumpang dan 3.510 sepeda motor untuk penumpang dengan sepeda motor, sementara untuk penumpang tidak dengan sepeda motor, yaitu kuota sebanyak 33.750 orang.

Dari ketersediaan kuota tersebut, jumlah pendaftar mudik sepeda motor hingga Jumat (16/6) sudah melebihi kuota, yaitu mencapai 10.457 orang (105 persen) dan untuk mudik tanpa sepeda motor hampir terisi seluruhnya, yaitu 33.279 penumpang.

Para calon penumpang tersebut akan diangkut dengan 845 bus dan motor diangkut dengan 54 truk untuk arus mudik, sementara untuk arus balik menggunakan 124 bus dan 23 truk untuk diantar ke kota-kota di Jawa Barat (Garut, Tasikmalaya, Kuningan dan lainnya) dan Jawa Tengah (Tegal, Wonogiri, Semarang, Yogyakarta dan lainnya).

Bukan Moda Jarak Jauh

Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kemenhub Pudji Hartanto Iskandar menilai sepeda motor bukan kendaraan yang diperuntukkan untuk jarak jauh, karena itu berbahaya jika digunakan untuk menempuh jarak beratus-ratus kilometer.

“Pertama, situasi padat, kedua jarak jauh, terakhir biasanya bawa anak atau barang berlebihan, ini harus dihindari karena sangat rentan terhadap kecelakaan,” katanya.

Untuk itu, Ia mengimbau agar masyarakat memanfaatkan program mudik gratis yang sekaligus bisa mengangkut sepeda motor, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah, maupun Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau swasta. Saat ini, tercatat kuota yang tersedia oleh swasta/mitra, yaitu 20.475 penumpang, 2.115 motor, 455 bus dan 47 truk.

Namun, menurut Pudji, bagi yang terpaksa menggunakan sepeda motor, pemudik wajib mematuhi peraturan dan berisitirahat setiap empat jam. “Saya mengimbau untuk tidak menggunakan sepeda motor saat mudik, kalaupun sudah telanjur tetap harus taat aturan. Tidak boleh bonceng motor tiga, meskipun anak sendiri dan beristirahat jika lelah di ‘rest area’ yang disediakan,” katanya.

Adapun untuk moda laut, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut menyediakan kuota 20.000 penumpang dan 10.000 sepeda motor dengan rute Tanjung Priok, Jakarta-Tanjung Emas, Semarang PP dengan estimasi pelayaran, yaitu 14 jam.

Direktur Jenderal Perhubungan Laut Kemenhub A Tonny Budiono mengatakan tujuan diselenggarakannya kembali mudik gratis dengan kapal laut, yaitu memberikan alternatif moda, sehingga mengurangi beban jalan raya, meningkatkan kelancaran serta mengurangi potensi kecelakaan. “Tidak macet, penumpang juga difasilitasi dengan hiburan, ‘full music’ dan bisa menikmati pemandangan laut pantai utara Jawa,” ujarnya.

Namun, kenyataannya mudik dengan kapal laut masih sepi peminat, pasalnya kuota baru terisi sekitar 50 persen.  Jumlah pendaftar arus mudik, yaitu 2.633 motor (52,66 persen) dari kuota 5.000 motor dan 5.544 orang (53,44 persen dari kuota arus mudik 10.000 orang.

Sementara itu, untuk jumlah pendaftar arus balik, yaitu 2.515 motor dan 5.324 orang (53,42 presen) dari kuota 10.000 orang. Tonny mengatakan selain sosialisasi melalui media massa dan media sosial, pihaknya juga “blusukan” ke kawasan-kawasan industri juga menggandeng sejumlah artis kenamaan untuk menarik minat masyarakat. Sementara itu, subsidi angkutan motor gratis dengan kereta api, yaitu tersedia 18.096 unit motor yang akan menuju Lintas Utara, Lintas Selatan 1 dan Lintas Selatan 2.

Perlu Kebijakan Baru

Meskipun dari tahun ke tahun, angka kecelakaan cenderung menurun, namun pengamat transportasi dari Universitas Katholik Soegijapranata Djoko Serijowarno menilai langkah pemerintah, dalam hal ini Kemenhub dalam membendung arus sepeda motor dalam mudik dan balik Lebaran belum secara signifikan efektif.

Menurut dia, kuota yang disediakan oleh Kemenhub jauh belum memenuhi kebutuhan karena lonjakan pemudik sepeda motor bisa sampai enam juta unit. “Program mudik motor gratis perlu dievaluasi karena hanya 0,08 persen yaitu 48.000 unit dari pemudik sepeda motor yang sampai enam juta unit,” katanya.

Selain itu, dia menambahkan pelanggaran dan kecelakaan sepeda motor cukup tinggi saat arus mudik dan balik Lebaran. Djoko menilai perlu kebijakan yang lebih tinggi, yaitu setingkat Presiden yang bisa memberikan wewenang lebih besar terhadap masalah tahunan tersebut.  “Kemenhub tidak akan mampu membendung arus meningkatnya pengguna sepeda motor,” katanya.

Mudik gratis sendiri bertujuan agar masyarakat lebih merasa aman dan nyaman dalam perjalanan ke kampung halaman.

Terkait hal itu, Djoko berpendapat yang terpenting adalah selamat karena sudah barang tentu dengan ratusan orang bergerak berbarengan tidak akan senyaman yang diharapkan. “Prinsip selamat, aman dan nyaman dalam bertransportasi tidak berlaku saat mudik Lebaran karena waktu tempuh perjalanan bisa lebih panjang,” ujarnya.

Namun upaya pemerintah tidak akan berjalan apabila tidak diiringi dengan kesadaran masyarakatnya sendiri. Untuk itu, dibutuhkan dukungan bersama untuk menciptakan mudik bareng yang guyub dan rukun. (Juwita Trisna Rahayu, Jurnalis LKBN Antara)