Patricia Sinolungan (kiri) dan Randy Arbenata Mohamad Bintang sebagai juara Best Gross Overall McDonald's Junior Golf Championship 2017. (Toto Prawoto)

Selalu Melahirkan Juara-Juara Baru

Loading

JAKARTA (IndependensI.com) – Absennya beberapa pegolf junior yang mempunyai predikat sebagai pemain nasional dalam event McDonald’s Junior Championship 2017 sama sekali tidak berpengaruh terhadap persaingan perburuan gelar Best Gross Overall (BGO), baik di kelas A putra dan putri maupun di kelas B putra dan putri.

Partisipan di kedua kelas tersebut, yang didominasi oleh pegolf junior yang pada dua tiga tahun lalu masih berkompetisi di kelas C dan D putra-putri, begitu antusias saat mereka “naik kelas” dan bertanding di kelas A dan B putri.

Bagaimanapun kelas A dan B putra putri adalah kelas yang sangat bergengsi, karena mereka memiliki kesempatan atau peluang untuk bisa tampil mewakili negara dan bangsa dalam event yang berskala regional dan internasional.

Sang juara diabadikan bersama (dari kiri) Dading Soetarso (PB PGI), perwakilan dari Senayan National Golf Club dan paling adalah Sukowati Sosrodjojo Presdir PT Rekso Nasional Food.

Apalagi mulai tahun ini bagi mereka yang berhasil menjuarai event tersebut akan memperoleh World Amateur Golf Ranking (WAGR) – setelah mereka berhasil menyelesaikan permainan sebanyak 54 hole tanpa cut off.

Betul bahwa untuk memperoleh WAGR poin beban yang dihadapi mereka menjadi bertambah berat. Karena kelas ini termasuk kelas bergengsi. Selain itu mereka yang berhasil menjadi juara event tersebut akan mendapat poin WAGR, mereka juga harus bermain sebanyak 54 hole, dimana pegolf putra bermain dari tee box hitam dan pegolf putri start dari tee box biru.

Tentu saja jarak pukul akan menjadi lebih jauh/panjang. Dan, bagi mereka yang belum pernah bermain dari tee box hitam dan/atau biru (utamanya dalam sebuah turnamen prestasi sekelas McDonald’s Junior Championship), pasti akan “kedodoran”.

Apalagi saat permainan berlangsung. Pasti, diakui atau tidak, pressure dari kompetitor akan membuat situasi menjadi bertambah sulit. “Hanya pegolf yang rajin berlatih dan rajin mengikuti kejuaraan-lah yang akan menjadi juara,” ungkap Kamil Arief, direktur turnamen The 6th McDonald’s Junior Golf Championship 2017 kepada IndependensI.com di sela-sela kesibukannya mengawasi jalannya pertandingan.

Menjawab pertanyaan tentang ada-tidaknya dispute selama turnamen berlangsung, baik di kelas C dan D putra-putri yang hanya bermain sebanyak 36 hole (dua hari) maupun di kelas A dan B putra-putri yang bermain sebanyak 54 hole (tiga hari), Kamil Arief mengungkapkan bahwa sejak hari pertama, Jumat (6/10/2017) sampai hari terakhir, Minggu (8/10/2017), turnamen berjalan lancar tanda ada hambatan yang berarti.

“Kenapa hal tersebut terjadi? Karena, para pegolf telah memiliki kesadaran bahwa ketika mereka menemukan hal yang membuat mereka ragu untuk memukul bola, mereka segera menanggil wasit. Sehingga, dengan demikian mereka terhindar dari masalah yang terjadi di lapangan, dan permainan pun dilanjutkan kembali,” ujar Kamil Arief.

Apa yang dikemukakan Kamil Arief terbukti benar. Memang betul bahwa hanya pegolf yang rajin berlatih dan rajin mengikuti turnamen-lah yang akan menjadi juara. Hal ini pun paralel dengan catatan IndependensI.com beberapa hari lalu sebelum turnamen tersebut digulirkan.

Sehingga, ketika di kelas A putri, Patricia Sinolungan, pegolf kelahiran 5 Mei 2011(dari Perkumpulan Akademi Golf Indonesia – PAGI – Jawa Barat)

berhasil merebut juara Best Gross Overall, tidaklah terlalu mengejutkan. Sebab, Pat, demikian sapaan akrabnya, pada event McDonald’s Junior Golf Championship kali ini, nyaris tidak mendapat saingan yang berarti, karena nama-nama pegolf yang bersaing di kelas A putri tahun ini didominasi oleh pegolf yang baru “naik kelas” dari kelas B ke kelas A.

Meskipun begitu bukan berarti bahwa keberhasilan Pat merebut gelar juara BGO seperti membalikkan telapak tangan. “Walaupun selama kejuaraan berlangsung saya tetap fokus pada permainan saya, namun saya merasa bahwa pairing saya juga berusaha untuk tetap konsisten dalam pengumpulan nilai,” kata Pat saat “dikroyok” pertanyaan wartawan yang meliput event tersebut.

Harus diakui bahwa “jam terbang” atau pengalaman bertanding memang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan seorang pegolf.Hal ini ditunjukkan oleh Pat dengan bukti yang tak terbantahkan melalui skor yang dibukukannya selama tiga hari berturut-turut.

Hari pertama Pat membukukan skor 75 pukulan, hari kedua 73 pukulan dan hari ketiga (final) – siswa kelas 12 Home Schooling Kak Seto – tersebut membukukan skor 71 pukulan.

Konsistensi Pat dalam mengumpulkan deposit pukulan itulah yang membuat pegolf putri dari pasangan Iwan Sinolungan dan Hetty Angkow tersebut berhasil merebut gelar juara BGO – sebuah gelar yang diimpikannya sejak tiga tahun lalu – ketika untuk pertama kalinya Pat mengikuti McDonald”s Junior Golf Championship!

Hal yang sama juga dialami oleh Randy Arbenata Mohamad Bintang (dari Pengkab PGI Bekasi, Jawa Barat) yang berhasil merebut gelar BGO di kelas B putra.Bahkan, kalau bicara kompetitor di kelas B putra, selain ada Kentaro Nanayama, juga ada Nicholas Aurel Onggo dan Almer Noreen Nurdaffa.

Tapi, Randy, pegolf junior kelahiran 9 Oktober 2003 dari pasangan Seung Mun Geun (Korea) dan Khamah (Indonesia), meskipun di kancah persaingan pegolf junior nasional namanya belum begitu familiar, namun di tingkat lokal – sebagaimana yang diakuinya saat juara BGO McDonald’s Junior Golf Championship  2017 tersebut “dikroyok” wartawan yang mengajukan pertanyaan – anak pertama dari dua bersaudara itu sudah lebih dari dua puluh kali menjadi juara di daerah asalnya.

Memang tidak dijelaskan gelar juara apa saja yang pernah dia raih, yang jelas – seperti halnya Patricia Sinolungan – dalam keikutsertaannya di McDonald’s Junior Golf Championship, Randy pun baru kali ini berhasil merebut gelar juara Best Gross Overall.

Mencermati skor yang dibukukan oleh pegolf junior keturunan Indonesia-Korea ini – utamanya bagi mereka yang pernah bermain golf di Senayan National Golf Club – pasti akan berdecak kagum. Pasalnya, golf course yang lokasinya berseberangan dengan Plaza Senayan tersebut, menang dikenal sangat sulit untuk “ditaklukkan”.

Dan, Randy membuktikan bahwa dirinya memang layak menjadi juara berkat permainannya yang sangat konsisten. Hari pertama dia membukukan skor 71 pukulan.Hari kedua 72 pukulan. Hari ketiga (final) dia kembali on track dengan 71 pukulan.

Sementara, Kentaro Nanayama, justru tampil tidak pada top-formnya.Pegolf junior berdarah Jepang dan Indonesia tersebut pada hari pertama membukukan skor 76 pukulan, hari kedua 77 pukulan, dan hari ketiga (final) dengan 76 pukulan.

“Akurasi pukulan iron saya berantakan tidak karuan. Akibatnya berpengaruh kepada penampilan shot games saya… Padahal, saya sudah berusaha keras memperbaiki putting saya,” katanya dengan “senyum lebar” sebagai ciri khasnya yang tetap bermakna dalam, karena dalam event kali ini Kentaro, yang gagal mempertahankan gelarnya sebagai juara BGO tahun lalu, berhasil menempatkan dirinya bersama Gabriel Hansel Hari (team DKI) di posisi teratas sebagai juara di kelas B putra.

Harus diakui bahwa event McDonald’s Junior Golf Championship memang selalu melahirkan juara-juara baru. Dan, “alumni” dari kejuaraan tersebut akan menjadi pegolf andalan di daerah mereka masing-masing yang, konsekuensi logisnya adalah menjadi pegolf junior/amatir nasional di kemudian hari.

Oleh karena itu menjadi sangat wajar apabila pihak PT Rekso Nasional Food (McDonald’s Indonesia) akan terus menjalin kerjasama dengan Senayan National Golf Club untuk mewujudkan “Generasi Yang Sehat dan Bahagia” khususnya melalui olahraga golf. (Toto Prawoto)

One comment

Comments are closed.