Proyek Infrastruktur Dongkrak Saham Perusahan Konstruksi

Loading

JAKARTA (IndpendensI.com) – Bahana Sekuritas menilai komitmen pemerintah terhadap pembangunan infrastruktur dan meningkatkan konektivitas di seluruh Indonesia memberi dampak positif bagi saham-saham konstruksi, terutama badan usaha milik negara (BUMN).

“Perusahaan konstruksi milik negara akan mendapat keuntungan dari upaya pemerintah yang semakin menggenjot pembangunan infrastruktur,” ujar Analis Bahana Sekuritas Ricky Ho dalam kajiannya di Jakarta, Minggu (28/1/2018).

Sejak 2015 hingga 2019, ia mengemukakan pemerintah mengalokasikan total belanja infrastruktur sebesar Rp1.375 triliun, naik cukup signifikan bila dibandingkan alokasi belanja sejak 2005-2014 sebesar Rp921 triliun.

Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018, lanjut dia, pemerintah menganggarkan belanja infrastruktur sebesar Rp410,7 triliun yang akan dipakai untuk pembangunan berbagai infrastruktur di seluruh Indonesia di antaranya 865 km jalan baru, 25 km jalan tol, 8,695 km jembatan, pembangunan bandar udara di delapan lokasi dan untuk pembangunan jalur kereta api.

Ricky Ho mengatakan keberlanjutan pembangunan infrastruktur dalam rangka mengejar ketertinggalan dibanding infrastruktur di negara Asia Tenggara lainnya, Bahana Sekuritas merekomendasikan beli untuk semua saham BUMN konstruksi dengan pilihan utama adalah PT Waskita Karya Tbk (WSKT), PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), PT Pembangunan Perumahan Tbk (PTPP) dan PT Adhi Karya Tbk (ADHI).

Ia memaparkan salah satu faktor bahan merekomendasikan BUMN konstruksi itu, yakni kinerja Waskita Karya akan semakin meningkat pada 2018 ini. Perseroann akan mendapat modal baru dari pembayaran proyek LRT yang ada di Sumatera Selatan sebesar Rp10 triliun dan pembayaran sebesar Rp6,1 triliun dari proyek Jaringan Transmisi Sumatera yang telah selesai dikerjakan.

“Situasi membuat perseroan memiliki ruang lebih besar untuk mengerjakan proyek-proyek baru lainnya,” katanya.

Sementara Wijaya Karya, lanjut dia, ke depannya perseroan akan banyak terlibat dalam proyek pembangunan jalur kereta api. Berdasarkan data proyek nasional, Bahana memperkirakan WIKA akan mengantongi sekitar 36,3 miliar dolar AS proyek jalur kereta.

“Perseroan juga memiliki tata kelola perusahaan yang kuat dengan neraca keuangan yang sehat,” katanya.

Untuk PTPP, Ricky Ho menilai, perseroan memiliki posisi yang kuat untuk mengerjakan proyek pelabuhan dan pembangkit listrik dengan neraca keuangan yang sehat sehingga diperkirakan marjin akan membaik ke depannya.

Sedangkan Adhi Karya, lanjut dia, masalah perseroan terkait pendanaan pembangunan LRT telah mencapai kata sepakat dengan PT Kereta Api Indonesia. Setelah pembayaran tahap pertama dilakukan pada pertengahan Januari 2018, PT KAI kedepannya akan melakukan pembayaran setiap kuartal, sesuai dengan perkembangan proyek.

“ADHI juga akan membangun daerah komersial di sekitar stasiun perhentian LRT atau Transit-Oriented Development (TOD) di 19 lokasi, sehingga akan berdampak positif bagi kinerja perseroan,” paparnya. (ant/kbn)