Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB) Prof Dr Ir Kadarsah Suryadi, DEA.

Masyarakat Diminta Kritis Terhadap Informasi di Media Sosial

Loading

JAKARTA (IndependensI.com) – Di tengah era digital sekarang ini media sosial yang ada di dunia maya telah menjadi media untuk bersosialisasi satu sama lain dan dilakukan secara online yang memungkinkan manusia untuk saling berinteraksi tanpa dibatasi ruang dan waktu.

Media sosial menghapus batasan-batasan manusia untuk bersosialisasi, ruang maupun waktu. Karena dengan media sosial, manusia dimungkinkan untuk berkomunikasi satu sama lain di mana pun berada selama ada sinyal internet.

Namun media sosial juga menjadi lahan subur bagi orang–orang tak bertanggung jawab untuk melakukan tindak kriminal seperti penipuan, cybercrime serta penyebaran berita palsu/hoax dan provokatif yang saat ini marak terjadi.

Penyebaran hoax dan isu provokastif menjadi suatu isu dan perbincangan hangat karena dianggap meresahkan publik karena juga dapat menimbulkan perpecahan di masyarakat yang juga dapat memecah belah bangsa.

Untuk itu di  era digital, yang merupakan era informasi yang sangat cepat beredarnya berbagai macam informasi maka masyarakat dan generasi muda diminta berhati-hati dalam menggunakan media sosial. Hal ini agar masyarakat tidak mudah percaya terhadap isu-isu yang berkembang di media sosial. Demikian dikatakan Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB) Prof Dr Ir Kadarsah Suryadi, DEA.

Rektor ITB Kadarsah Suryadi (kiri) dan Kepala BNPT Suhardi Alius.

“Saya titip kepada masyarakat umum dan para generasi muda untuk bertindak lebih dewasa, jangan mudah termakan isu yang tidak jelas, terutama dari media sosial. Jangan mudah larut dalam suatu isu yang akan membawa kepada sesuatu yang tidak menguntungkan bagi kita terutama terhadap bangsa ini,” kata Kadarsah di kampus ITB, Bandung, Selasa (13/2/2018).

Rektor ke-16 ITB in mengatakan hal tersebut diperlukan agar masyarakat Indonesia dapat mempertahankan keutuhan masyarakat dan bangsa ini. Karena tanpa kita sadari banyak bangsa atau negara di luar sana yang bahagia kalau melihat negara Indonesia ini tidak aman, oleh karena itu merupakan tanggung jawab masyarakat Indonesia untuk mengamankan negara ini.

“Salah satunya tadi, jangan mudah termakan isu-isu yang tidak jelas. Maka bertindaklah dewasa dalam menyingkapi berbagai macam informasi yang beredar melalui media sosial ataupun media lainnya,” ujar pria kelahiran Kuningan, 22 Februari 1962 ini.

Dirinya menilai peran pemerintah sangat penting untuk ikut serta aktif dalam menghimbau kepada masyarakat agar tidak mudah terpengaruh hoax di media sosial. Drinya melihat dari Kementerian Komunikasi dan Informatika dan kementerian lainnya sudah sangat aktif, berperan seperti menjadi audiece ke berbagai perguruan tinggi  dan di acara publik lainnya.

Hal tersebut  untuk memberikan pembelajaran tentang pentingnya masyarakat untuk waspada terhadap media sosial terutama terhadap berita-berita yang tidak benar. Dan dirinya menyebut dengan CIS yakni Commitment, Enforcement, Support.

“Jadi Commitment baik dari pemerintah, perguruan tinggi dan juga masyarakat itu harus ada. Enforcement, itu harus melibatkan semua pihak untuk mengkampanyekan pentingnya kita menyikapi berbagai isu yang muncul di media sosial dan Support itu harus adanya peraturan, lalu adanya forum-forum yang kita pergunakan untuk bisa memberikan pencerahan kepada semua pihak,” ujarnya.

Untuk itu pria yang pernah menjabat Wakil Rektor bidang Akademik dan Kemahasiswaan ITB ini juga meminta perlunya adanya ketegasan dari pemerintah berupa sanksi yang tegas dan aturan yang jelas agar berita hoax dan isu provokatif lainnya tidak muncul di media sosial.

“Dan ini harus disosialisasikan supaya semuanya bisa tahu tentang apa yang digariskan dalam peraturan itu,” ujarnya.

Dirinya juga menjelaskan bahwa untuk mengantisipasi agar mahasiswanya tidak mudah termakan isu hoax atau hal-hal yang bersifat provokatif melalu media sosial, pihaknya telah menanamkan keilmuan komputer untuk dipakai dan dikembangkan bagi mahasiswanya sejak dini. Dan mahasiswa pun sadar bahwa di dalam dunia maya itu ada yang positif dan ada yang negatif.

“Lalu kita bekali mahasiswa itu mengenai cara memfilter dengan pembekalan-pembekalan soft skill agar mahasiswa punya empati, kepedulian sosial dan cinta tanah air dengan kuliah umum dengan mengundang pembicara pada level nasional  bahkan internasional. Tujuannya membekali para mahasiswa supaya makin sadar akan pentingnya peran mereka di dalam melindungi bangsa dan negara,” katanya.

Cara lain yang dilakukan pihaknya yakni membikin lomba hoax analyzer. Dimana mahasiswa ITB menjadi juara nasional dalam membuat software untuk menganalisis berita itu hoax atau tidak. Dan software ini pun telah ia publikasikan kepada para aktivis dan mahasiswa bahwa ini adalah hasil karya para mahasiswa yang diakui dunia yang menyadarkan bahwa tidak semua informasi di media sosial ini benar.

“Jadi ada software yang namanya hoax analizer, dan alhamdulillah ini membantu juga. Membantu supaya agar anak-anak itu tidak langsung menelan bulat-bulat apa yang ada di media sosial. Tapi mereka punya tools yang dibuat teman-temannya sendiri untuk memilah ini benar atau tidak, hoax atau bukan,” katanya.

Yang dilakukan ITB lainnya menurut pria yang pernah menempuh program Doktoral dari Université d’Aix-Marseille III, Prancis ini yakni di para dosen di setiap kelas memberikan peringatan pada setiap mahasiswa agar berhati-hati dalam menggunakan media sosial.

“Karena di kelas dosen bukan hanya memberikan kuliah, tapi dosen juga memberikan sisipan-sisipan soft skill tentang berbagai hal termasuk juga masalah media sosial tadi. Insya allah semuanya akan berjalan lancar,” kata pria yang menempuh program setara S2 di École Centrale Paris, Prancis ini.

Untuk itu Guru Besar Teknik Industri ITB ini meminta kepada mahasiswanya untuk ikut bersama-sama melakukan ‘Siskamling’ di media sosial. Dimana dirinya meminta kepada mahasiswanya untuk melihat kepada tujuan negara yang ada di dalam pembukaan UUD 1945. Dimana tujuan negara adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum, melindungi tumpah darah dan segenap wqrganya dan juga menciptakan perdamaian dunia.

“Dan mahasiswa sebagai generasi muda yang akan melanjutkan perjalanan bangsa di masa depan, mereka secara filosofi dan secara prinsip harus mengawal tujuan negara itu. Oleh karena itu kita menginginkan melindungi segenap warganya dan menciptakan perdamaian dunia maka mahasiswa harus menjiwai dan mengamalkan bagaimana pencapaiannya,” ujanya mengakhiri.