Ketua Dewan Pelindung Asosiasi Pedagang Kaki Lima Indonesia (APKLI), Rizal Ramli

Raden Wijaya, PKL, dan Lagu ‘Kebyar-Kebyar’

Loading

Oleh Edward Marthen*

“Situasi sekarang tidak berbeda dengan yang terjadi pada akhir abad ke-13. Saat itu Indonesia di bawah ancaman penguasaan asing. Untung ada Raden Wijaya yang membebaskan Nusantara dari cengekeraman Kubilai Khan. Kita sekarang beruntung, karena ada Rizal Ramli yang terus gigih berjuang menentang dominasi kekuatan asing dan aseng atas sumber daya alam dan aset-aset negeri ini,” papar Ketua Umum Asosiasi Pedagang Kaki Lima Indonesia (APKLI), Ali Mahsun.

Pernyataan Ali itu bagian dari orasi kebangsaan yang disampaikan pada puncak peringatan HUT ke-25 APKLI. Minggu, 25 Ferbuari 2018. Lokasinya sengaja dipilih di Siti Hinggil Pendopo Utama Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur. Di tempat ini, sekitar 13 abad silam, Mahapatih Gajahmada mengikrarkan sumpah Palapa yang sangat terkenal. Sumpah yang kemudian menjadi cikal bakal lahirnya Nusantara, yang saat itu bahkan merambah Semenajung Malaya (termasuk Tumasik/Singapura dan Malaysia), juga Brunei Darussalam.

Lelaki asli Mojokerto ini menegaskan, APKLI tidak anti asing dan aseng. Silakan mereka datang dan berusaha di Indonesia. Namun mereka harus kulo nuwun dan menjelaskan maksud kedatangannya. Jika maksud mereka baik, akan diterima dan siap bekerja sama. Tapi kalau datang ingin menguasai, APKLI bersama seluruh rakyat Indonesia akan berdiri di garda terdepan untuk melawan.

“Pedagang kaki lima tidak ingin Indonesia dijajah dalam bentuk apa pun. Siapa pun,  tidak boleh menginfiltrasi, mengintervensi, dan menjajah kedaulatan ekonomi bangsa Indonesia. Bersama senior saya, bang RR, begitu Rizal Ramli biasa disapa, kita akan jaga Indonesia agar tetap dan terus berdaulat,” ujarnya, dalam perhelatan yang bertajuk “PKL Menggugat untuk Indonesia Berdaulat.”

Dalam obrolan di sela-sela acara, Ali menjelaskan sudah lama tertarik dan kagum dengan Rizal Ramli. Menurut dia, sejak masih mahasiswa tokoh nasional ini sudah membuktikan keberpihakan dan perjuangannya terhadap nasib rakyat kecil. Rizal Ramli juga selalu konsisten dengan garis ekonomi konstitusi yang diperjuangkannya, baik ketika di luar maupun di dalam lingkar kekuasaan. Itulah sebabnya dia minta RR menjadi Ketua Dewan Pelindung APKLI.

Lalu, apa hubungannya Rizal Ramli dengan Raden Wijaya? Untuk urusan yang satu ini, Ali menegaskan integritas yang terjaga membuat Rizal Ramli memiliki jaringan luas sekaligus disegani di dunia internasional. Tapi luasnya koneksi di kalangan internasional, tidak membuat mantan Kepala Badan Urusan Logisitik (Bulog) itu berubah menjadi pelayan asing atau aseng. Ketika harus berhadapan dengan kepentingan mereka, Rizal Ramli selalu menunjukkan sikap ‘merah putih’ serta berdiri secara terhormat dan bermartabat.

“Yang saya tahu, Rizal Ramli tidak anti asing. Tapi dia menolak setiap hegomoni asing. Ini sejalan dengan sikap Raden Wijaya. Buat dia, kepentingan ‘merah putih’ harus tetap dijunjung tinggi. Asing tidak akan peduli dengan kita. Mereka pasti hanya sibuk dengan kepentingannya. Itulah sebabnya kita harus berjuang demi terwujudnya Indonesia yang rakyatnya sejahtera, bermartabat, dan berdaulat,” tutur Ali.

Saat didaulat memberi sambutan, RR menyatakan pentingnya keberpihakan kapada para pelaku ekonomi lemah, termasuk pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Sayangnya, UMKM masih sulit mengakses perbankan. Sekitar 82% kredit nasional yang Rp4.225 triliun lebih dikucurkan kepada pengusaha besar.

“Kita harus balik ini secara bertahap. Misalnya, menjadi 70% untuk pengusaha besar. Bila mereka perlu tambahan, silakan ke pasar modal atau menerbitkan obligasi. Dengan begitu pengusaha besar dipaksa lebih efisien dan transparan. Sisanya yang 30% kredit untuk UMKM. Jika langkah ini dilakukan, maka UMKM dapat berkembang lebih cepat dan makin kuat menjadi penopang ketahanan ekonomi nasional,” kata lelaki yang pernah menjadi field coordinator reformasi unit BRI pada 1980an ini.

Menko Perekonomian era Presiden Gus Dur itu juga mendesak Pemerintah menunjukkan keberpihakan yang nyata terhadap UMKM, termasuk pedagang kaki lima. Antara lain dengan mencabut berbagai perizinan yang mempersulit usaha kaki lima. Begitu pula dengan kewajiban perpajakan harus diperlonggar. Misalnya, pajak baru kenakan bagi usaha rumahan atau mikro yang omsetnya mencapai Rp500 juta per tahun. Dengan begitu, pelaku UMKM dapat lebih mengkapitalisasi usahanya dan berkembang lebih cepat.

RR juga sangat mengapresiasi langkah Ketum APLKI yang mengusahakan anggotanya memperoleh kredit modal usaha tanpa agunan hingga Rp25 juta per orang. Bank-bank besar tidak seberani ini. Paling besar yang bisa bank salurkan untuk kredit tanpa agunan cuma Rp5 juta. Langkah pak Ali Mahsun ini sangat luar biasa. Pada kesempatan itu, APKLI memang membagikan kredit modal usaha tanpa agunan kepada 25 anggotanya, masing-masing Rp25 juta.

“Pedagang kaki lima harus selalu bersatu dalam organisasi yang kuat, sehingga siapa pun Pemerintanya tidak akan berani mengabaikan pedagang kaki lima. Pemerintah pasti akan memperhatikan dan mendengar aspirasinya. Para pedagang kaki lima beruntung punya pemimpin seperti Pak Ali Mahsun. Rekam jejak pak dokter yang satu ini justru dipenuhi dengan pembelaan terhadap pedagang kaki lima,” ungkap Menteri Keuangan era Gus Dur ini.

Pada puncak peringatan HUT APKLI, juga diserahkan bantuan bea siswa kepada puluhan anak SD, SMP, dan SMA kepada putra-putri pedagang kaki lima. Selain itu, juga ada pembagian door prize berupa sepeda motor, gerobak kali lima, dan sejumlah hadiah lain. Acara yang dihadiri ribuan pedagang kaki lima dari Mojokerto dan kota-kota lain di Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Sumatera itu berlangsung meriah di tengah guyuran hujan lebat.

Sebelum meninggalkan lokasi, Rizal Ramli berlari kecil menembus hujan dari tenda utama menuju panggung. Dia bergabung dengan Ketum APKLI dan kru pengisi acara menyanyikan lagu Kebyar-kebyar ciptaan mendiang Gombloh. Dengan semangat pria yang pernah dipenjara di Sukamiskin Bandung karena menentang otoriterisme Soeharto ini mengibarkan merah putih sepanjang lagu dinyanyikan.

Indonesia merah darahku
putih tulangku
bersatu dalam semangatku

Indonesia debar jantungku
getar nadiku
berbaur dalam angan-anganmu

Kebyar-kebyar
pelangi jingga

***

Mojokerto, 25 Februari 2018
Edward Marthen, pekerja sosial, tinggal di Jakarta