Ilustrasi. Pembangunan Jembatan Pancasila Palmerah Dibiayai Belanda. (Ist)

Jonan Inginkan Studi Jembatan Pancasila-Palmerah Rampung Secepatnya

Loading

JAKARTA (Independensi.com) – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan berharap agar studi pembangunan Jembatan Pancasila-Palmerah penghubung Pulau Adonara dan Pulau Flores yang terintegrasi dengan turbin arus laut di Selat Larantuka, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), dapat rampung dalam waktu dekat.

Jonan, saat meninjau lokasi rencana pembangunan Pembangkit Tenaga Listrik Arus Laut (PLTAL) yang terintegrasi dengan Jembatan Pancasila-Palmerah, mengatakan proyek Independent Power Producer (IPP) berbasis arus laut ini dapat menjadi pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut (PLTAL) pertama di Indonesia dan terbesar di dunia.

“PLTAL Jembatan Pancasila-Palmerah ini merupakan Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut pertama dan terbesar di dunia. Listrik yang dihasilkan mencapai 20 MegaWatt,” ujar Jonan dalam keterangan resmi, dikutip Senin (2/4/2018).

Konsorsium dari Belanda, Tidal Bridge BV dan PJB melaksanakan Joint Venture dengan nama Tidal Bridge Indonesia yang selanjutnya bersama mitra lokal akan membangun Jembatan Pancasila Palmerah yang diintegrasikan dengan turbin arus laut di Selat Larantuka sepanjang kurang lebih 810 meter.

Selain dapat menghasilkan listrik, Jonan berharap pembangunan jembatan itu akan membuat Pulau Adonara lebih berkembang sama seperti Pulau Flores.

“Pembangunan jembatan ini diharapkan dapat berlangsung cepat. Ini arahan dari bapak Presiden (Joko Widodo) kalau bisa tersambung ini bisa dibangun dengan baik,” katanya.

Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Rida Mulyana mengungkapkan sebagai negara kepulauan, Indonesia mempunyai topografi yang ideal untuk mengembangkan energi dari arus laut. Selat antara dua pulau menghasilkan potensi energi yang cukup besar untuk dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif berbasis energi baru terbarukan.

“Sebagai negara kepulauan, Indonesia banyak mempunyai selat-selat yang jaraknya sempit yang mengindikasikan arus laut yang potensial untuk dikembangkan, seperti yang di Selat Larantuka, yang katanya arusnya merupakan yang terkuat di dunia. Kita masih mempunyai banyak selat-selat lainnya yang masih diidentifikasikan yang layak untuk dikembangkan,” terang Rida.

Rencana pengembangan PLTAL ini disebut-sebut sejalan dengan upaya peningkatan rasio eletrifikasi NTT. Sebagai catatan, hingga kini rasio elektrifikasi NTT masih di bawah 70 persen, jauh di bawah rata-rata nasional yang sudah mencapai lebih dari 95 persen.

Sebagai informasi, rencana Pembangunan Jembatan Pancasila-Palmerah yang terintegrasi dengan turbin merupakan tindak lanjut rangkaian kunjungan kerja Presiden Jokowi ke Eropa pada 22 April 2016 lalu.

Dalam kunjungannya, dilakukan penandatanganan Head of Agreement (HoA) on Building Bridges Equipped with Sea Current Turbine Power Plant in the District of East Flores Sea, kerja sama investasi antara Kementerian PUPR, Tidal Bridge BV, serta Pemerintah Provinsi NTT pada acara Indonesia – The Netherland Business Forum di Belanda.

Kementerian PUPR telah menyelesaikan Pra-FS Pembangunan Jembatan Pancasila-Palmerah yang akan diintegrasikan dengan PLT Arus Laut pada tahun 2017. Hasil Pra-FS menyatakan bahwa proyek tersebut layak untuk dilaksanakan.

Tidal Bridge mengasumsikan dengan kecepatan arus laut Selat Larantuka rata-rata 3,5 m/s, kapasitas terpasang tiap turbin adalah sebesar 16 MW dengan energi yang dihasilkan secara efektif sebesar 6 MW. Dengan asumsi pemasangan 5 turbin, maka energi terbangkitkan rata-rata sebesar 30 MW.

PT PLN (Persero) dengan Tidal Bridge BV pada tanggal 22 Februari 2018 juga telah menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) tentang pelaksanakan studi kelayakan dan studi dampak jaringan dalam rangka pemanfaatan energi dari PLT Arus Laut ini.