Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan), Banun Harpini (dua dari kiri), saat menghadiri acara pembukaan Trade Expo Indonesia Tahun 2018 di Serpong, Tanggerang pada hari Selasa (24/10). (Humas Karantina Kementerian Pertanian)

Kementan Paparkan Sistem Sertifikasi Karantina Dihadapan Ratusan Buyer Asal Tiongkok

Loading

TANGERANG (Independensi.com) – Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan), Banun Harpini menegaskan pihaknya terus lakukan inovasi percepatan layanan sertifikasi ekspor karantina.

“Sejalan dengan arahan Presiden, agar neraca perdagangan positif, maka ekspor harus lebih besar dari impor, dan kami siap mengantisipasi peningkatan dengan percepatan layanan karantina” kata Banun sesaat menghadiri acara pembukaan Trade Expo Indonesia Tahun 2018 di Serpong, Tanggerang pada hari Selasa (24/10).

Banun yang berkesempatan menemui para pengunjung pameran di stand Barantan, salah satunya adalah Rudi, PT Anugerah Citra, pelaku usaha ekspor sarang burung walet asal Tanggerang menyampaikan bahwa regulasi telah disiapkan Kementerian Pertanian dalam hal ini Barantan, dan jelas sesuai protokol ekspor karantina sarang burung walet dari Indonesia ke Tiongkok.

“Peluangnya sangat besar namun masih tergolong sedikit digarap. Kedepan kami harap sarang walet bisa jadi salah satu ekspor unggulan dan karantina sudah siap,” tegasnya.

Stand Barantan yang terletak di 9-73A menampilkan layanan monitoring lalulintas produk pertanian secara online dan real time, IQFAST. Indonesia Quarantina Full Automation System ini juga tengah di integrasikan dengan Sistem Layanan Perbankan, sehingga akan lebih memudahkan pelaku usaha dalam bertransaksi pembayaran jasa layanan karantina sesuai ketentuan yang berlaku dan bebas pungli.

Dengan menggunakan penterjemah bahasa, Barantan menjadi salah satu narasumber pada pertemuan forum bisnis yang dihadiri ratusan pebisnis sarang walet asal Tiongkok dan mancanegara. Pada kesempatan ini digunakan untuk meyakinkan pebisnis mancanegara agar mau menambah pembelian sarang waletnya dari Indonesia. drh Iswan Haryanto, Kepala Bidang Karantina Hidup memaparkan proses sertifikasi dari karantina sebagai jaminan kualitas sarang walet yang diekspor ke Tiongkok. Ada tiga poin fokus karantona terkait hal itu, yaitu fungsi keterletusuran, proses pemanasan dan residu nitrit.

“Semua titik kritis sudah dikendalikan, kami lalukan monitoring, minimal satu kali setahun,” jelas Iswan.

Ketua Umum Perkumpulan Pengusaha Sarang Burung Indonesia (PPBSI) Boedi Mranats yang juga hadir dalam forum tersebut juga menyebutkan bahwa kuota walet yang diberikan pemerintah tiongkon pada tahun ini sebesar 150 ton, sedangkam estimasi pemenuhan dari Ondonesia hanya sebesar 70 sampai 80 ton. “Ini pasar yang kudu wajib digarap,” kata Budi.

Berdasarkan data, ekspor sarang walet ke Tiongkok terus meningkat, pada 2015 hanya 14,2 ton, 2016 sebanyak 22,5 ton, 2017 sejumlah 52,2 ton dan pada 2018 hingga Agustus tercatat sudah 39,3 ton dengan jumlah eksportir sebanyak 11 perusahaan. Sedangkan diluar Tiongkok, ada sekitar 26 negara dengan total ekspor hingga Agustus 2018 sebanyak 818,8 ton.

Terobosan kebijakan dan inovasi layanan karantina bakal terus didorong guna mengakselerasi ekspor produk pertanian, salah satunya sertikat karantina pun kini sudah dibuat dalam tiga bahasa, yaitu bahasa Indonesia, Inggris dan Mandarin. Terobosan ini guna memenuhi kebutuhan dan permintaan negara tujuan ekspor, ungkap Banun.