George Aditya Gandranata. (Foto: OB Golf)

Mengejar Tambahan Poin di Bali Demi Olimpiade Tokyo

Loading

JAKARTA (IndependensI.com) – Tidak kurang dari 144 pegolf professional akan bertanding dalam ajang Asian Development Tour (ADT) – Combiphar Players Championship yang akan berlangsung di New Kuta Golf Club, Pecatu, Bali pada 6-9 November 2018. Sebanyak 90 pemain di antaranya berasal dari seluruh dunia, dan mereka adalah para pemain yang selama ini aktif berkompetisi di ajang ADT.

Tuan rumah sendiri dalam event tersebut akan menurunkan 40 pemain terbaik yang berada di bawah naungan bendera Professional Golf Association Tour of Indonesia (PGATI – d/h PGPI) dan ditambah 14 pemain undangan. Combiphar Players Championship 2018 akan menjadi kompetisi ke-21 dan ajang kedua dari akhir kalender ADT musim kompetisi 2018.

Para pemain yang bersaing dalam event tersebut akan mengejar tambahan poin Official World Golf Ranking (OWGR) agar mereka bisa tampil mewakili negara mereka masing-masing di Olimpiade 2020 di Tokyo Jepang.

George Aditya Gandranata. (Foto: OB Golf)

Hal tersebut adalah sesuatu yang wajar karena setiap atlet dari cabang olahraga apa pun pasti mendambakan bisa tampil di Olympic Games.Oleh karena itu menjadi sangat wajar apabila mereka berusaha keras untuk menjadi  juara.

Sebab, seperti  diketahui, pemain yang menjadi pemenang akan memperoleh 6 poin OWGR dan enam pemain golf teratas plus ties akan memperoleh poin berdasarkan peringkat mereka.Bahkan pemain golf teratas yang finis di final Order of Merit 2018 akan memperoleh kartu Asian Tour musim kompetisi 2019.

Dibandingkan dengan era sebelumnya, para pemain Indonesia saat ini yang tergolong dari generasi milenial memang sangat antusias mengikuti event yang sangat menjanjikan tersebut.”Bagaimanapun eranya sudah berubah dan berbeda, Mas,” kata Ketua PGATI Johannes Dhermawan kepada independensi.com.

Menurut Irwan – sapaan akrab Ketua PGATI – pemain kita saat ini bukan berasal dari lingkungan para pekerja lapangan golf.Mereka adalah para pegolf zaman now yang berlatar belakang pendidikan tinggi bahkan ada di antara mereka yang lulus dari perguruan tinggi ternama di luar negeri.”Jadi,” kata Irwan lebih lanjut, “orientasi mereka adalah ke masa depan. Dan hal ini wajar-wajar saja karena mereka pun tidak mengalami hambatan dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris.”

Dan, para pemain Indonesia yang bukan berasal dari lingkungan para pekerja lapangan golf tersebut – seperti yang diungkapkan oleh Jimmy Masrin, Ketua Asian Tour – memang sangat aktif mengikuti event di luar negeri  untuk mengejar poin.

Para pemain tersebut, antara lain, Rory Hie, Danny Masrin, George Aditya Gandranata, Adrian Halimi, Elki Kow, Jordan Irawan dan Fajar Nurwiyanto.Bahkan Benny Kasiadi dan Indra Hermawan – dua pemain yang lebih senior usianya dari mereka – pun tidak mau ketinggalan untuk mengikuti  jejak mereka bermain di manca negara.

Sebagai Ketua PGATI, Johannes Dhermawan berharap ada satu-dua pemain yang bisa berlaga di Olimpade 2020 di Tokyo Jepang.”Asalkan mereka tetap aktif dan rajin mengikuti  event yang ada poin OWGR-nya, masa sih nggak ada pemain kita yang tembus ke ranking 300 dunia? Syukur-syukur  bisa tembus di bawah ranking yang telah ditetapkan tersebut. Kalau harapan atau impian saya menjadi kenyataan, pasti akan membuat perubahan yang signifikan dalam percaturan golf di Indonesia,” kata Irwan, serius.

Hal yang sama juga disampaikan oleh Michael Wanandi, Presiden Direktur Combiphar. “Kami berharap dapat mendorong para atlet Indonesia untuk memanfaatkan kesempatan event ini tidak hanya sebatas untuk meningkatkan peringkat internasional mereka, akan tetapi juga untuk meraih lebih banyak peluang untuk bisa tampil di Olimpiade 2020,” katanya.

Para pemain yang akan bersaing di ajang ADT – Combiphar Players Championship 2018, selain mereka mengejar tambahan poin OWGR untuk memperbaiki ranking dunia yang mereka miliki,  mereka juga akan memperebutkan total hadiah sebesar US$100.000. (Toto Prawoto)