Kementerian PUPR telah menerapakan inovasi bangunan penangkap sedimen atau Kantung Lumpur Bendung Tipe Pusair

Kementerian PUPR Gunakan Teknologi Kantung Lumpur Bendung Tipe Pusair untuk Tingkatkan Kualitas Air Jaringan Irigasi Pertanian 

Loading

JAKARTA (Independensi.com) – Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kementerian PUPR) telah menerapakan inovasi bangunan penangkap sedimen atau Kantung Lumpur Bendung Tipe Pusair untuk meningkatkan kualitas air pada jaringan irigasi untuk lahan pertanian . Teknologi ini dikembangkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air (Pusair), Balai Penelitian dan Pengembangan Bangunan Hidraulik dan Geoteknik Keairan (BHGK) Kementerian PUPR dan telah terdaftar secara paten di Direktorat Jenderal (Ditjen) HAKI, Kementerian Hukum dan HAM.

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan dukungan inovasi dan teknologi diperlukan dalam pembangunan infrastruktur untuk menjadi lebih baik, cepat, dan lebih murah. Pemanfaatan teknologi yang tepat guna, efektif, dan ramah lingkungan juga didorong guna menciptakan nilai tambah dan pembangunan berkelanjutan sehingga manfaat infrastruktur dapat dirasakan generasi mendatang.

Inovasi Bangunan Penangkap Sedimen dapat digunakan pada saluran irigasi yang airnya berasal dari bendung dengan keunggulan dari segi mutu konstruksi dan biaya serta kualitas air irigasi yang disalurkan ke area persawahan. Berbeda dengan bangunan penangkap sedimen atau kantung lumpur konvensional, inovasi ini dilengkapi dengan beberapa kompartemen serta memiliki 2 kali sistem penyaringan sedimen (integrasi sandtrap dan graveltrap) secara hidraulis sehingga sistem operasional kantung lumpur menjadi lebih efektif.

Selama ini permasalahan yang kerap  terjadi pada bangunan kantung lumpur bendung konvensional adalah tidak efektifnya sistem operasional kantung lumpur karena suplai air untuk irigasi harus ditutup pada masa pemeliharaan saluran (pembilasan dan pengurasan sedimen). Selain itu juga kualitas air untuk irigasi masih di bawah standar yang berlaku karena sistem penyaringan sedimen kurang efektif sehingga aliran air masih membawa partikel sedimen.

Dengan menggunakan teknologi Bangunan Penangkap Sedimen Tipe Pusair ini, aktivitas pengaliran suplai air irigasi dapat terus dilakukan secara kontinu tanpa terganggu pada masa pemeliharaan saluran kantung lumpur karena aktivitas pemeliharaan saluran dan pengaliran air irigasi dapat dilakukan secara paralel atau  bersamaan. Kemudian dengan adanya 2 kali sistem penyaringan, maka partikel sedimen halus dan kasar dapat sepenuhnya disaring sehingga kualitas air yang dilalirkan ke saluran irigasi menjadi lebih baik dan memenuhi standar baku.

Teknologi ini telah melewati proses uji laboratorium dan verifikasi lapangan. Saat ini teknologi Bangunan Penangkap Sedimen Tipe Pusair sudah  diterapkan pada bendung – bendung di Indonesia salah satunya Bendung Gumbasa di Kota Palu, Provinsi Sulawesi Tengah sebagai bagian dari Program Rehabilitasi Bangunan Air pasca bencana gempa dan likuefaksi tahun 2018 silam.

Program Rehabilitasi Bangunan Air pada Daerah Irigasi (DI) Gumbasa dilakukan Kementerian PUPR melalui Ditjen Sumber Daya Air secara 2 tahap dengan total layanan irigasi dari hulu hingga hilir sekitar 8.180 hektar. Pada tahap I dikerjakan rehab bendung dan saluran untuk areal pertanian seluas 1.070 Ha dari Intake sampai dengan BGKn 7 yang menelan biaya Rp 152 miliar. Sedangkan tahap II difokuskan pada pekerjaan pembangunan saluran irigasi untuk melayani sekitar 7.100 ha area pertanian potensial. (wst)