Kepala BNPT Boy Rafli Amar (kedua kiri) berbicara dalam dialog kebangsaan di Bogor, Jumat (9/4/2021) malam.

Bersama-sama Membangun Imunitas Menghadapi Virus Radikalisme

Loading

BOGOR (IndependensI.com) – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) bersama Gugus Tugas Pemuka Agama yang tergabung Lembaga Persahabatan Ormas Keagamaan (LPOK) mengadakan acara Dialog Kebangsaan yang juga menghadirkan anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Habib Muhammad Luthfi bin Yahya.

Acara tersebut berlangsung di lokasi rencana berdirinya Taman Miniatur 99 Masjid Dunia yang dikelola Yayasan Amanah Kita, di Kecamatan Sukajaya, Bogor, Jumat (9/4/2021) malam.

Dalam sambutannya, Kepala BNPT Boy Rafli Amar mengatakan bahwa pertemuan dengan para tokoh lintas agama ini dilaksanakan untuk bersama-sama melaksanakan program membangun daya imunitas dan kekebalan bangsa untuk menghadapi berbagai macam virus seperti virus radikalisme yang menjadi ancaman bagi bangsa Indonesia. Maka, menurutnya sangat penting melakukan silaturahmi dengan para tokoh lintas agama yang tergabung dalam LPOK ini.

“BNPT meyakini bahwa para tokoh semuanya yang hadir ini merupakan ‘guru’, pencerah bagi para umat di lingkungan agamanya masing-masing. Tentu menjadi kewajiban kita bersama menjaga imunitas bangsa dari berbagai pengaruh-pengaruh virus yang membahayakan umat,” ujar Kepala BNPT, Komjen Pol Boy Rafli Amar.

Lebih lanjut, Kepala BNPT menyampaikan bahwa berkaitan dengan tugas BNPT, yang menjadi konsentrasi adalah virus yang disebarluaskan oleh pihak-pihak yang mengusung ideologi terorisme. Ia menyebut ideologi terorisme ini karakteristiknya yaitu intoleran, anti kemanusiaan, memanipulasi teks-teks ajaran agama, termasuk juga mudah menyalahkan pihak pihak lain yang tidak sejalan pemikirannya dengan dia dan kecenderungannya bahkan melakukan yang bersifat distruktif.

“Jadi kita yakin bahwa sebagai anak bangsa tentunya kita tidak ingin virus ini akhirnya akan merusak bangsa kita. Kita tidak ingin ada lagi anak-anak kita yang terjebak dalam ajaran-ajaran sesat ini. Jadi alam rangka membangun imunitas itu tidak lain adalah peran dari para tokoh tokoh masyarakat, peran dari tokoh tokoh agama, peran dari tokoh tokoh adat,” jelas mantan Kapolda Papua tu.

Oleh karena itu, alumni Akpol tahun 1988 ini menyampaikan bahwa pihaknya melihat bahwa tantangan dan permasalahan bangsa ini tentunya tidak lepas dari pengaruh pengaruh virus ideologi transnasional. Menurutnya, perlu untuk meningkatkan ketahanan bangsa dengan memberikan sebuah edukasi dan pencerahan kepada masyarakat, khususnya di kalangan anak muda.

“Tantangan kita adalah bagaimana yang muda-muda ini tidak lagi mudah terpedaya oleh ajaran-ajaran atau doktrin-doktrin yang mengusung ideologi terorisme. Yang mengusung itu pasti jauh lebih senior usianya dibanding mereka yang dijadikan martir bom bunuh diri,” terang mantan Kepala Divisi Humas Polri ini.

BNPT berusaha membangun kekebalan bangsa dari pengaruh-pengaruh virus tersebut dengan cara memperkuat nilai-nilai kebangsaan. Karena menurutnya, dengan hal tersebut dapat membentengi anak-anak muda dari ideologi lain yang ditawarkan sehingga dapat dicegah dan bisa berhenti.

“Untuk itu kami mengajak kepada Gugus Tugas Pemuka Agama yang telah menjadi mitra BNPT ini untuk bersama-sama bisa mencegah penyebaran ideologi radikal intoleran tersebut kepada anak-anak muda kita. Untuk itu kami sangat berterima kasih dan berharap dari organisasi tingkat pusat yang memiliki organisasi sampai level di daerah-daerah untuk bisa mewarning dan mengawasi masuknya virus radikal intoleran yang merupakan karakter dari ideologi terorisme tersebut,” ucapnya mantan Kapolda Banten ini.

Selain itu, anggota Wantimpres Habib Muhammad Luthfi bin Yahya juga turut menyampaikan bahwa

tidak mungkin BNPT dapat bekerja sendiri. Sehingga dengan berkumpulnya para tokoh disini  untuk memikirkan generasi penerus bangsa menjadi pembangun-pembangun bangsa. Dan persipan sedini mungkin untuk mampu melawan tantangan umat ke depan.

“Akar budaya kita kuat karena ada nasionalisme dan bahasa Indonesia menjadi bahasa nasional. Seperti halnya lagu Indonesia Raya dimana ada lirik Indonesia Tanah Airku, Tanah Tumpah darahku. Yang mana, ini adalah sebuah ikrar. Jadi Indonesia Tanah Airku, Tanah Tumpah darahku harus tertanam pada diri dan jiwa semua warga negara,” ucap Habib Luthfi.

Menurutnya, apabila hal itu sudah tertanam dengan baik, Insya Allah mau radikalisme atau apapun, kita sudah punya benteng yang luar biasa. Kemudian ia juga menyebut bendera Merah Putih yang merupakan simbol kehormatan bangsa, harga diri bangsa, ketiga dan jati diri bangsa. Sehingga menurutnya dengan hormat kepada sang Merah Putih maka kita menjunjung tinggi kehormatan bangsa ini, itulah yang dimaksud. Bukan sekedar secarik kain atau seutas tali.

“Saya yakin dalam 10 tahun, kalau bangsa kita mempunyai kefanatikan dalam ke-Indonesia-an, ekonomi Indonesia akan maju dan membuat kebanggaan sebagai warga bangsa Indonesia. Tentunya ini menjadi PR bagi kita semuanya kedepan, untuk mencegah pengaruh-pengaruh yang akan melenturkan nasionalisme yang ada di republik tercinta ini,” tegas Habib Lutfi mengakhiri.

Turut hadir dalam pertemuan tersebut para perwakilan dari seluruh ormas keagamaan itu, yakni Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, Persatuan Islam (Persis), Al Irsyad al Islamiyah, Ittihadiyah, Persatuan Tarbiyah islamiyah (Perti), Mathlaul Anwar (MA), Az Zikra, Ikatan Dai Indonesia (Ikadi), Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI), Syarikat Islam Indonesia, Al Washliyah, Persatuan Umat Islam, Himpunan Bina Mualaf Indonesia (HBMI), Nahdlatul Wathan serta dari Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Selain itu hadir juga perwakilan dari Persekutuan Gereja Indonesia (PGI), Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi), Persatuan Umat Buddha Indonesia (Permabudhi), Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI), dan Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia (Matakin).

Dalam acara yang digelar dari petang hingga Sabtu dinihari  itu juga dilakukan penandatangan Prasasti Kebhinnekaan yang dilakukan oleh Kepala BNPT Komjen Pol Boy Rafli Amat, anggota Watimpres Habib Muhammad Lutfi bin Yahya dan  Ketua Umum Yayasan Amanah Kita, H Hartono Limin.

Para pejabat BNPT yang turut hadir dalam acara tersebut yaitu Deputi bidang Pencegahan, Perlindungan dan Deradikalisasi, Hendri Paruhuman Lubis; Direktur Pencegahan, Ahmad Nurwakhid; dan Kasubdit Kontra Propaganda, Sujatmiko.