KH Amirsyah Tambunan

MUI: Tetap Patuhi Protokol Kesehatan Saat Idul Fitri

Loading

JAKARTA (IndependensI.com) – Dalam rangka memperingati Idul Fitri yang masih dalam masa pandemi Covid-19, seluruh masyarakat utamanya umat Islam agar senantiasa peduli dan mematuhi protokol kesehatan (prokes) yang ada. Karena hal tersebut merupakan ancaman yang nyata dan juga telah menelan banyak korban.

Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (Wasekjen MUI) KH Amirsyah Tambunan mengungkapkan bahwa hingga saat ini yang sudah memasuki tahun kedua pandemi Covid-19 sudah ada dua tokoh MUI yang meninggal dunia yaitu Nazarudin Ramli dan Tengku Zulkarnain. Sehingga ia menyebut bahwa Covid-19 tidak hanya sekadar ancaman, tetapi sudah terbukti telah menelan korban.

“Jadi ini adalah bukti nyata, banyak lagi tokoh-tokoh yang sudah mendahului kita. Sekali lagi saya mengingatkan bahwa kita tetap harus waspada. Kewaspadaan terhadap diri kita sendiri, keluarga dan masyarakat,” ujar Amirsyah di Jakarta, Selasa (11/5/2021).

Ia menjelaskan bahwa diri kita ini adalah bagian dari komponen keluarga dan keluarga adalah komponen dari masyarakat. Sehingga ia menyebut harus dilakukan secara bersama-sama, tidak bisa hanya seorang saja, tapi harus bersama keluarga. Tidak bisa hanya keluarga tetapi juga harus bersama masyarakat.

“Dalam Islam diperintahkan dengan tegas dan jelas dalam Al Quran surat at-tahrim ayat 6 ’ya quw anfusakum wa ahlikum nara’ (hai orang-orang beriman pelihara diri, pelihara keluarga dan seluruhnya tentu daripada siksa api neraka),” tutur Amirsyah.

Lebih lanjut, pria kelahiran Padang Gala-Gala, 27 Mei 1963 itu menyebut bahwa neraka itu ada dua macam, neraka di dunia dan neraka di akhirat. Ia meminta agar jangan sampai kita lalai lalu covid menjadi bagaikan neraka dunia bagi kita. Oleh karena itu ia meminta agar kita harus terus waspada, supaya kita mampu menjaga diri kita dengan sebaik-baiknya.

“Jaga diri dan keluarga itu adalah hukumnya wajib, dalam arti kesehatan itu adalah sesuatu yang wajib dipelihara. Kenapa wajib? Karena menjaga kesehatan itu harus terus bersama-sama, supaya kita bisa melakukan ibadah, kita bisa mencari nafkah buat keluarga, kita bisa beramal untuk kemaslahatan umat dan bangsa,” ungkapnya.

Oleh karena itu dirinya sekali lagi menyampaikan bahwa kita harus mendahulukan yang wajib, harus diutamakan daripada yang sunah. Ia mencontohkan misalnya sholat tarawih kan itu sunah, sholat di tanah lapang itu sunah hukumnya. Jangan sampai melaksanakan yang sunah kemudian terjadi kerumunan dan kerumunan itu salah satu potensi penyebaran Covid-19.

“Nah kalau berkerumun lalu ada satu yang kena, itu artinya penyebarannya akan sangat berbahaya. Kalau cuma satu orang yang kena, misalnya dia kemudian langsung cepat diisolasi, itu akan lebih mudah untuk mengatasi,” jelasnya.

Dirinya mencontohkan kerumunan seperti yang terjadi di Banyuwangi, kemudian yang terjadi di Pati, kemudian sebelum Ramadan di Jambi. Hal ini menurutnya sama seperti di India yang terjadi di sungai Gangga yang kemudian berakibat fatal.

“Nah potensi kerumunan itu berbahaya. Oleh karena itu saya pesan, daerah-daerah hijau yang tidak tertular covid tetap menggunakan protokol kesehatan. Tetapi daerah yang orange atau merah yang telah ditetapkan oleh satgas ini sebaiknya sholatnya di rumah saja. Untuk apa? Menjaga diri dan keluarga. Kenapa? Karena kita sayang dengan keluarga,” tutur Amirsyah.

Selain itu dirinya berpendapat, bahwa saat ini sudah zamannya teknologi, sudah ada teknologi canggih. Sehingga ia menyarankan untuk menggunakan teknologi tersebut untuk menyambung silaturahim dan menyapa keluarga.

“Bisa dilakukan silaturahim lewat zoom, silaturahim lewat virtual. Intinya jangan berkumpul dulu untuk sementara, dalam arti kerumunan. Karena itu akan sangat berpotensi untuk membuat kluster baru penyebaran covid. Dan mudah-mudahan ini dapat diikuti oleh masyarakat,” tukasnya.

Dirinya mengimbau agar semua pihak harus kompak bersama, baik itu masyarakat maupun aparat. Karena menurutnya tidak ada artinya himbauan dan ajakan pemerintah maupun para kyai, para ulama kalau tidak diikuti oleh masyarakat. Karena itulah harus ia menyebut bahwa kita harus kompak dalam rangka mempersiapkan Ramadan.

Kemudian Amirsyah juga meminta kepada media agar juga jangan menimbulkan kebingungan di masyarakat. Karena menurutnya, seringkali ada media yang bilang begini kemudian media yang lain bilang begini. Oleh karena itu dirinya menyarankan agar kita harus memiliki keyakinan diri supaya tidak bingung.

“Ada ainul yaqin, setelah melihat banyak peristiwa kemudian kita yakin bahwa ikhtiar harus kita perkuat untuk mencegah. Jadi jangan ikut ajakan dan himbauan orang yang membuat bingung. Yang kedua ilmu yaqin, dengan ilmu, artinya apa? ada ahli, ada peneliti yang mengatakan tentang bahaya covid dan cara pencegahannya,” tuturnya.

Selain itu ia juga menyebut ada 3 hal yang harus dipedomani yaitu wajib iman, jadi keyakinan harus diperkuat. Kemudian wajib aman, jaga diri agar aman jauh dari kerumunan dan yang ketiga wajib imun.

“Nah wajib imun ini kan perlu gizi, gizi ini kan masyarakat harus bergerak, maka itu dilakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Silahkan mencari nafkah, tetapi harus menggunakan protokol kesehatan yang ketat,” ujarnya mengakhiri.