Komisi X DPR RI Andreas Hugo Pareira. (Foto: Antara)

Sayonara Olimpiade dan Prestasi Indonesia

Loading

Oleh: Andreas Hugo Pareira
Komisi X DPR RI Fraksi PDI Perjuangan

JAKARTA (IndependensI.com) – Olimpiade 2020 yang mengalami penundaan setahun berakhir hari ini, 8 Agustus 2021. Atlet-atlet dari seluruh penjuru dunia mengucapkan selamat tinggal Tokyo dan akan kembali bertemu dalam Olimpiade Paris 2024.

Kita bersyukur bahwa atlet Indonesia telah bertarung mati-matian dan telah mengeluarkan segala kemampuannya untuk meraih prestasi setinggi-tingginya. Kita juga patut bersyukur bahwa atlet-atlet Indonesia mampu bertanding dalam situasi pandemi yang tentu menjadi tantangan tersendiri.

Pertama untuk berdisiplin menjaga kesehatan tidak tertular oleh Covid-19. Yang kedua, mampu bertanding dan mengeluarkan seluruh kemampuannya. Dan yang paling spektakuler adalah kita sebagai bangsa bangga menyaksikan semangat juang yang luar biasa dari dua srikandi bulutangkis Indonesia Gresya Polii dan Aprilia Rahayu yang meraih medali emas.

Kita pun patut berbangga pada prestasi atlet belia angkat besi Windy Cantika yang membuka peraihan medali untuk Indonesia dengan medali perunggunya. Juga tentu kita ucapkan terimakasih kepada semua atlet yang telah menyumbangkan medali untuk Indonesia.

Menyimak prestasi Indonesia, harus diakui dari segi perolehan medali kita tidak memperoleh kemajuan. Bahkan dari segi peringkat raihan medali, kita justru merosot dari peringkat 46 ke peringkat 54. Alias, keluar dari 50 besar. Kalau ditelusuri prestasi kita di Olimpiade dari tahun ke tahun pun, kembali harus diakui sejak pertama kali meraih medali perak pada Olimpiade Seoul tahun 1988, prestasi emas kita di ajang pesta olahraga dunia empat tahunan itu baru terdongkrak ketika bulutangkis menjadi cabor yang dipertandingkan di Olimpiade Barcelona 1992. Sejak itu hanya bulutangkis yang berhasil menyumbang emas

Di Olimpiade ini rata-rata 1 emas dengan puncaknya pada 1992 dengan 2 emas. Dari segi cabor, sejak keikutsertaan kita di Olimpiade hanya baru 3 cabor yang menyumbang medali, bulutangkis (8 emas, 7 perak, 6 perunggu), Angkat Besi (7 perak, 8 perunggu) dan Panahan (1 perak). Cabor selebihnya masih hanya sebatas sebagai partisipan dari Olimpiade ke Olimpiade. Sementara kita selalu bangga sebagai bangsa besar dengan jumlah penduduk nomor 4 terbanyak di dunia, namun dalam hal prestasi olahraga, harus diakui kita masih jauh tertinggal dari banyak negara-negara lain di dunia.

Lantas apa artinya? Pertama, kita perlu melakukan evaluasi menyeluruh terhadap olahraga prestasi di negara ini, kalau kita ingin berprestasi lebih pada tahun-tahun yang akan datang. Kedua, kita sebagai negara harus mempunyai grand design pembinaan olahraga prestasi yang terstruktur. Dan, negara harus terlibat sejak rekrutmen, pembinaan dan penyelenggaraan kompetisi.

Karena jujur saja, selama ini negara tidak banyak berbuat untuk olahraga. Kita baru bangga dan mengelu-elukan ketika ketika ada atlet berprestasi. Hadiah untuk atlet pun mengalir. Sementara dalam proses dari rekrutmen sampai dengan prestasi kehadiran negara minim. Ketiga, sebagaimana yang telah digembar-gemborkan oleh Menpora, negara harus membuat dan secara konsisten melaksanakan sebuah “grand design” olahraga prestasi untuk Indonesia. Dan dalam grand design tersebut harus ada pilihan berdasarkan latar belakang prestasi, cabor-cabor mana yang akan menjadi unggulan untuk target prestasi dunia, yakni Olimpiade.

Pemilihan cabor-cabor ini harus didasari oleh metode sport scientific sehingga dalam rekrutmen, pembinaan, kompetisi sampai dengan event-event pertandingan pun terukur dan bisa dievalusi secara ilmiah. Bukan hanya berdasarkan selera dari para penguasa olahraga. Hanya, dengan pendekatan ilmiah, dunia olahraga kita baru akan terdongkrak maju dalam prestasi internasional, prestasi Olimpiade.

Belajarlah dari negara-negara yang prestasi olahraganya menjulang. Kita pun bisa, kalau kita mau. Salam olahraga. Indonesia Bisa!