Tergiur Profit Tinggi, Dana Pendidikan Anak Menguap

Loading

JAKARTA (IndependensI.com) – Duduk manis dan dapat duit tanpa kerja keras tentunya impian semua orang. Mimpi itu yang dimiliki ratusan ribu orang saat menyetorkan uangnya ke aplikasi robot trading Mark AI. Namun impian tersebut buyar akhir pekan lalu ketika Mark AI mati mendadak.

Aplikasi yang baru beroperasi mulai Mei 2021 itu menjanjikan keuntungan minimal 40 persen per bulan. Pendaftaran yang mudah, proses penarikan dana yang cepat, dan iming-iming profit tinggi inilah yang menjadi daya tarik utama Mark AI. Dalam waktu kurang dari lima bulan, aplikasi ini berhasil menjaring tidak kurang dari 400.000 orang anggota.

Untuk mendaftar hanya diperlukan nomor telepon aktif. Nama pengguna bebas selama belum dipakai orang lain. Nama dan nomor rekening bisa diisikan kemudian saat anggota mau menarik profit atau depositnya.

Guna menambah daya pikatnya, Mark AI memberikan robot gratis berdurasi 30 hari dan meminjamkan modal 10 dolar untuk anggota baru. Meski gratis, robot ini menghasilkan profit hingga 4 dolar dalam kurun waktu tersebut. Karena ada batas minimal penarikan 5 dolar, pengguna baru harus menyetor dana jika ingin menarik uang tersebut.

Paket investasi Mark AI yang membuat banyak orang tergiur.

Minimal setoran adalah 32 dolar (sekitar Rp500.000 dengan kurs Rp15.500 per dolar). Dana 2 dolar digunakan untuk menyewa robot level 1, sementara yang 30 dolar diolah robot untuk trading di pasar cryptocurrency.

Hingga pekan lalu, proses penarikan profit berjalan normal. Krisis mulai terjadi sejak Kamis (14/10/2021) malam saat pengelola Mark AI menghentikan proses deposit dan penarikan dana. Dalam pernyataan yang diedarkan di grup Telegram dan WhatsApp, pengelola beralasan pembekuan terpaksa dilakukan sebagai tindakan pengamanan setelah bangkrutnya aplikasi lain, Sunton Capital.

Deposan dijanjikan pembekuan berlangsung hingga Senin (18/10/2021). Namun pada Minggu siang, aplikasi Mark AI mati mendadak. Para anggota yang tergabung di berbagai grup obrolan daring pun panik. Di antara mereka masih ada yang yakin robot ini akan bangkit lagi. Tapi lebih banyak yang pesimistis karena Mark AI sudah menutup kantornya di Surabaya, Jawa Timur, pada Jumat siang.

“Saya terbuai oleh profit yang tinggi. Andai saja saya hanya ikut selama sebulan, sudah dapat untung lumayan. Tapi godaannya terlalu kuat. Bukannya menarik uang deposit, profit yang terkumpul malah saya setorkan lagi untuk menyewa robot tambahan,” kata seorang deposan yang meminta namanya tidak disebutkan.

Deposan lain, Sukatno, menyesal karena dana pendidikan anaknya menguap bersama Mark AI. “Semoga uang satu-satunya harapan untuk dana anak kuliah saya segera diganti dari rezeki dari tepat lain,” kata Sukatno.

Sejumlah anggota menggalang gerakan untuk mengajukan tuntutan bersama terhadap bos Mark AI yang diketahui bernama Hindera alias Jason. Data kerugian dikumpulkan via Google Form untuk dilaporkan ke polisi. Total dana anggota yang lenyap diperkirakan mencapai puluhan juta dolar.

“Saya tidak berharap banyak uang bisa kembali. Tapi kasus ini perlu dilaporkan agar orang yang bertanggung jawab ditangkap dan tidak makan korban lain di masa depan,” kata deposan lain, Mimi.

Hingga saat ini belum jelas di mana keberadaan Hindera serta kaki tangannya antara lain Vivian dan Li Sa. Masyarakat diimbau berhati-hati dan waspada terhadap penawaran investasi yang menjanjikan keuntungan tinggi dalam waktu singkat, yang pada akhirnya ternyata hanya investasi bodong.