Gus Falah : Lawan Putusan WTO Soal Nikel!

Loading

JAKARTA (Independensi)- Anggota Komisi VII DPR-RI Nasyirul Falah Amru (Gus Falah) menanggapi kalahnya Indonesia dalam gugatan Uni Eropa di Badan Penyelesaian Sengketa atau Dispute Settlement Body (DSB) Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) terkait larangan ekspor bijih nikel sejak awal 2020.

Gus Falah menegaskan, Indonesia harus melawan putusan WTO itu melalui proses banding.

“Hanya ada satu kata terhadap putusan WTO: lawan! Pemerintah harus mengajukan banding, jangan mau tunduk,” tegas Gus Falah dalam keterangan tertulisnya, Rabu (23/11/2022).

Gus Falah menegaskan, pelarangan ekspor bijih nikel merupakan hak Indonesia dalam mengelola sumber daya alamnya.

Peningkatan nilai tambah nikel melalui pengolahan dan pemurnian di dalam negeri, menurut Gus Falah tak bisa ditawar lagi.

Dia menyatakan, peningkatan nilai tambah atau hilirisasi nikel menguntungkan perekonomian Indonesia dibandingkan mengekspor bahan mentah terus-menerus.

“Dan ingat, peningkatan nilai tambah adalah amanat Undang-Undang No.3 Tahun 2020 tentang Minerba yang harus kita jalankan,” tegas Gus Falah.

Apalagi, lanjut Gus Falah, kedepannya Indonesia juga mau mengembangkan ekosistem kendaraan listrik demi mengejar target nol emisi karbon di 2060. Untuk itu, hilirisasi nikel secara masif dan konsisten harus dilakukan.

“Jadi, sekali lagi, lawan putusan WTO itu demi kedaulatan ekonomi kita,” tegas Politisi PDI Perjuangan itu.

Seperti diketahui, keputusan WTO itu merupakan hasil putusan panel WTO yang dicatat dalam sengketa DS 592. Adapun final panel report tersebut sudah keluar pada tanggal 17 Oktober 2022.

Dalam putusan WTO itu dinyatakan bahwa kebijakan Ekspor dan Kewajiban Pengolahan dan Pemurnian Mineral Nikel di Indonesia terbukti melanggar ketentuan WTO Pasal XI.1 GATT 1994 dan tidak dapat dijustifikasi dengan Pasal XI.2 (a) dan XX (d) GATT 1994.

Pemerintah Indonesia sendiri, sebagaimana dinyatakan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif bertekad mengajukan banding atas putusan WTO itu. Pemerintah juga menegaskan bakal terus mempertahankan kebijakan hilirisasi nikel dengan cara mempercepat proses pembangunan smelter di dalam negeri.