Gus Falah : Pembakaran Alquran, Contoh Bahaya Populisme Kanan!

Loading

Jakarta- Ketua Tanfidziyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Nasyirul Falah Amru atau Gus Falah  mengutuk keras aksi pembakaran Alquran di Swedia oleh seorang politisi sayap kanan yang bernama Rasmus Paludan.

Aksi pembakaran Alquran itu merupakan bagian dari aksi protes terhadap Turki.

Gus Falah menegaskan, tindakan keji Rasmus Paludan itu merupakan contoh nyata betapa berbahayanya populisme sayap kanan. Paludan, lanjut Gus Falah, adalah pemimpin partai politik sayap kanan Denmark Garis Keras yang juga berkewarganegaraan Swedia.

“Apa yang dilakukan Paludan itu merupakan contoh nyata bahaya populisme sayap kanan, mereka gemar meniupkan sentimen kebencian terhadap agama, bangsa, ras atau etnis tertentu,” tegas Gus Falah dalam keterangan tertulisnya, Selasa (24/1/2023).

Gus Falah mengungkapkan Paludan adalah pendiri gerakan sayap kanan Denmark bernama Stram Kurs atau Garis Keras. Gerakan politik ini memang kerap meniupkan sentimen anti-imigran, anti Arab dan anti-Islam.

Gus Falah melanjutkan, bukan kali ini saja Paludan membakar Alquran. Bahkan, Rasmus Paludan juga pernah dihukum karena kasus rasialisme.

Populisme sayap kanan, lanjut Gus Falah, sebetulnya juga muncul di banyak negara Eropa lainnya diluar Swedia. Bahkan, di beberapa negara populis kanan berkuasa.

“Ingat Donald Trump yang beberapa tahun lalu berkuasa di Amerika, juga memainkan populisme kanan. Di beberapa negara lain sayap kanan juga berkuasa, seperti Jair Bolsonaro di Brasil dan Modi di India,” ujar Gus Falah.

Menurut Gus Falah, semua gerakan atau tokoh populis sayap kanan itu memiliki kesamaan, yakni kerap menyuarakan kebencian terhadap agama, ras, etnis dan golongan masyarakat tertentu. Biasanya, yang menjadi sasaran kebencian mereka adalah agama, etnis dan ras minoritas, sebagai bagian dari upaya mereka menjaga supremasi mayoritas versi mereka.

“Perilaku Paludan di Swedia itu, hendaknya menjadi refleksi bagi umat Islam dan seluruh bangsa Indonesia, bahwa betapa berbahayanya memainkan populisme kanan yang berbasiskan politik identitas dan kebencian,” pungkas Gus Falah.