Kembang api menghiasi Stadion Bukit Jalil, Kuala Lumpur, Rabu (30/8/2017), menandai selesainya SEA Games 2017. (AFP)

Merenda Asa dan Rencana Menuju Asian Games 2018

Loading

JAKARTA (IndependensI.com) – Salah satu kegiatan yang menyenangkan dan tidak memerlukan energi besar adalah mencari dan menyebutkan kesalahan orang atau pihak lain. Tak perlu data dan hanya perlu berbicara dari fakta saja. Seperti pada bidang olahraga, ketidakmampuan mencapai target yang dicanangkan sudah serta-merta mengundang komentar negatif,  tanpa peduli ada apa dan bagaimana yang menyebabkan situasi turunnya prestasi itu bisa terjadi.

Perhelatan olahraga akbar se-Asia Tenggara, atau SEA Games 2017 di Kuala Lumpur, Malaysia, telah berakhir dan secara resmi ditutup Rabu (30/8/2017). Hampir dua pekan ribuan atlet dari 11 negara berjuang membela negaranya untuk meraih prestasi tertinggi. Sebanyak 405 medali emas, 405 perak, dan 529 perunggu diperebutkan dari total 38 cabang. Seperti dikutip dari Antara, Kontingen Indonesia menurunkan 533 atlet, 170 pelatih, 55 ofisial, dan 122 peserta mandiri hanya bertengger di posisi lima. Indonesia hanya mengumpulkan 38 emas, 63 perak, dan 90 perunggu.

Dari catatan di atas, skuat yang dipimpin Chief de Mission Aziz Syamsudin ini, gagal memenuhi target yang dicanangkan sebelum keberangkatan ke SEA Games 2017. Satuan Pelaksana Program Indonesia Emas (Satlak Prima) memberikan target total 55 medali emas.

Diharapkan dengan target tersebut, Indonesia paling tidak berada di tangga keempat atau lebih baik daripada SEA Games 2015 Singapura. Kala itu Indonesia sebagai posisi kelima. Dari catatan yang ada, dua tahun lalu di Singapura, Indonesia mengoleksi 47 emas, 61 perak, dan 74 perunggu.

Ketua Satlak Prima, Achmad Sutjipto sudah memberikan masukan yang amat realistis dengan memperhatikan banyak faktor termasuk faktor teknis dan nonteknis. Hanya saja kenyataan sangat berbeda dari harapan. Kondisi inilah yang membuat nada kekecewaan menghujani Kontingen Indonesia dari banyak kalangan.

Bahkan ada yang meminta agar Menpora Imam Nahrawi mengundurkan diri sebagai bentuk kegagalan para atlet Indonesia di Malaysia. Imam dianggap tak mampu menerapkan sistem pembinaan atlet secara menyeluruh dan tidak memperhatikan kondisi perkembangan prestasi olahraga Asia Tenggara pada khususnya.

“Wajar kita semua prihatin dengan hasil ini. Dan saya pun harus mohon maaf, saya bertanggung jawab terhadap ini semua dan akan menjadi evaluasi total kami,” ungkap Imam beberapa waktu lalu. Wakil Presiden Jusuf Kalla pun juga mengaku kecewa dengan pencapaian Indonesia di SEA Games 2017. Ke depannya, Jusuf Kalla meminta hasil dari Malaysia bisa menjadi bahan acuan bagi Indonesia, untuk mempersiapkan diri di Asian Games 2018. Apalagi Indonesia menjadi tuan rumah.

Sutjipto pun mengaku siap bertanggung jawab terhadap prestasi atlet-atlet Indonesia dalam SEA Games 2017. “Tapi, saya tentu harus menceritakan latarbelakangnya agar kita bisa mengambil hikmahnya serta kebijakan berikutnya seperti apa,” kata mantan Kepala Staf TNI Angkatan Laut periode 1999-2000 itu.

“Saya selalu berpendapat setiap ketidaksuksesan atau kegagalan ada hikmah dibalik itu. Mungkin hikmah SEA Games 2017 ini dan semua orang melihat simpul-simpul itu lalu membuat kebijakan baru tentang tentang Asian Games,” katanya.

 

Tuan Rumah

Soal hasil buruk SEA Games 2017 hendaknya tak menjadi polemik berkepanjangan. Kemenpora dan pihak terkait berjanji akan melakukan evaluasi total dan tinggal menunggu saja aksi selanjutnya yang berkenaan dengan hal itu. Namun demikian, gelaran Asian Games yang sedianya digelar Agustus tahun depan harus segera dipersiapkan. Waktu yang hanya 12 bulan ini harus dimanfaatkan sebaik mungkin dan lebih fokus lagi, terutama pengadaan sarana serta prasarana. Pasalnya, selain digelar di Jakarta dan Palembang, sarana dan prasarana pertandingan yang ada belum semua berstandar internasional. Selain infrastruktur penunjang Asian Games 2018 terus dikerjakan secara optimal.

Sedangkan persiapan di Kota Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel),  kini telah memasuki tahap penyelesaian. Untuk venue dan peralatan juga sudah nyaris memadai. Sedikitnya 39 cabang olahraga (cabor) dipertandingkan dan Palembang sebagai kota kedua ke bagian menyelenggarakan 10 cabor yang meliputi Sepakbola Wanita, Basket, Tenis, Voli Pantai, Kano/Kayak, Dayung, Menembak, Triiathlon, Sepak Takraw dan Panjat Tebing. Kesepuluh cabor tersebut bakal terpusat pada satu tempat yang kini menjadi komplek olahraga Jakabaring Sport City (JSC).

Indonesia harus lebih fokus untuk menghadapi Asian Games kali ini. Sebaiknya, letakkanlah dahulu angan “Dwi Sukses” yang biasa dicanangkan kalau Indonesia menjadi tuan rumah gelaran olahraga. Sukses prestasi tak lagi “laku” untuk mengangkat semangat juang para atlet dalam situasi seperti sekarang. Apalagi hasil negatif dari Malaysia, bisa membekas dalam tempo minimal satu tahun ke depan. Berprestasi di kancah Asia Tenggara saja terseok, dan kandas dari Singapura yang menduduki tangga keempat perolehan medali. Bayangkan, Indonesia dikalahkan negara yang luasnya tidak lebih besar dari Kota Jakarta.

Sukses sebagai tuan rumah adalah misi yang layak dijalankan. Sebagai tuan rumah, Pemerintah Indonesia dipastikan turun tangan memberikan asistensi. Tidak seperti memberikan dukungan saat para atlet Indonesia berjuang ke negara lain, dukungan pemerintah sebagai tuan rumah Asian Games dipastikan secara total. Anggaran yang kabarnya hingga mencapai Rp 4.5 Trilyun diharapkan bisa mewujudkan keinginan Indonesia sebagai tuan rumah yang baik. Perhelatan ini sedianya digelar pada 18 Agustus 2018 sampai 2 September 2018. Direncanakan ada 41 cabang olahraga yang dipertandingkan, yang terdiri atas 33 cabang olahraga olimpiade dan delapan cabang olahraga nonolimpiade.

Jadi sekali lagi, marilah sudahi mencari kesalahan orang atau pihak lain berkenaan dengan hasil SEA Games 2017 lalu. Kini menatap Asian Games 2018 dan harus diupayakan maksimal dalam persiapan maupun pelaksanaannya nanti. Indonesia untuk kali kedua menjadi tuan rumah ajang olahraga empat tahunan negara-negara di Asia ini setelah tahun 1962. Mewujudkan niatan sukses sebagai tuan rumah sama sulitnya dengan sukses prestasi. Kendati demikian, sukses prestasi juga harus dipersiapkan dengan matang, paling tidak tetap fokus dalam mengusung target yang mampu dicapai di lapangan, bukan di atas kertas.