Pangeran Al-Waleed bin Talal, salah satu dari puluhan tokoh elite Arab Saudi yang ditangkap pada Sabtu (4/11/2017).

Arab Saudi Ciduk Pangeran dan Mantan Menteri

Loading

JAKARTA (IndependensI.com) – Arab Saudi melancarkan pemberantasan korupsi besar-besaran. Pemerintah kerajaan itu menangkap 10 pangeran dan belasan mantan menterinya, Sabtu (4/11/2017).

Penangkapan para tokoh elite itu dilakukan segera setelah komisi pemberantasan korupsi Saudi terbentuk. Secara terpisah, kepala Garda Nasional Saudi dan panglima angkatan laut negeri itu mendadak diganti.

Perkembangan ini terjadi setelah terjadinya guncangan politik pada September 2017 saat Pangeran Mohammed bin Salman, pewaris takhta Saudi, memperlihatkan kekuasaannya.

“Telah dilakukan penangkapan 10 pangeran dan belasan mantan menteri di Arab Saudi,” kata stasiun televisi pemerintah, Al Arabiya, yang mengutip sumber anonim.

Kabar itu mencuat setelah komisi anti-korupsi, yang dikepalai Pangeran Mohammed, disahkan berdasarkan dekrit kerajaan.

Berbagai laman berita Saudi melaporkan bahwa miliarder Saudi, Pangeran Al-Waleed bin Talal, adalah salah satu orang yang diciduk. Tapi sejauh ini belum ada konfirmasi resmi dai Riyadh. Sang pangeran juga belum mengeluarkan tanggapan atas berita tersebut.

Salah satu sumber yang dihubungi kantor berita AFP mengatakan bahwa pasukan keamanan Saudi melarang jet pribadi terbang meninggalkan Jeddah. Larangan itu diberlakukan untuk mencegah tersangka lain kabur.

“Nuansa dan skala penangkapan ini belum pernah terjadi sepanjang sejarah Saudi modern,” kata Kristian Ulrichsen, peneliti Baker Institute for Public Policy di Rice University.

“Kabar tentang penangkapan Pangeran Al-Waleed bin Talal, jika benar, akan menimbulkan kejutan di kalangan pebisnis domestik dan internasional,” ujarnya.

Penangkapan massal ini dilakukan kurang dua pekan dari pertemuan Pangeran Mohammed dan ribuan pengusaha global di Riyadh. Pertemuan itu dilakukan Saudi untuk menjaring penanam modal untuk mengantisipasi habisnya minyak bumi.

Pangeran Mohammed, yang baru berusia 32 tahun, dikenal sebagai pemimpin reformis dan cenderung liberal. Laki-laki yang sering dipanggil MBS itu pun menjadi sesuatu yang berbeda di tengah kerajaan ultra-konservatif. Dia berani mengambil langkah kontroversial, termasuk memperbolehkan perempuan mengemudi mobil mulai Juni 2018.

Saat ini MBS sudah dianggap sebagai penguasa de facto Arab Saudi. Dia mulai mengendalikan kebijakan di berbagai bidang mulai dari pertahanan hingga perekonomian. Sang pangeran tampaknya ingin keluar dari bayang-bayang ayahnya, Raja Salman (81 tahun), sebelum naik takhta.

Pada September 2017, pemerintah Saudi menangkap sekitar dua lusin orang, termasuk beberapa ulama berpengaruh. Aktivis menilai penangkapan itu adalah pemberantasan lawan politik sang pangeran.

Pengamat mengatakan mereka yang ditangkap adalah orang-orang yang menentang kebijakan Pangeran Mohammed. Kebijakan itu antara lain boikot terhadap negara tetangganya, Qatar, swastanisasi aset negara, dan pemangkasan subsidi.