Sawah di Pangandaran. (Humas Kementerian Pertanian)

Petani di Pangandaran Panen Capai 8-9 Ton Perhektare

Loading

JAKARTA (Independensi.com) – Petani di Kabupaten Pangandaran kini mulai lega. Irigasi berupa dam parit yang dibangun Belanda telah dapat dirasakan kembali manfaatnya setelah direvitalisasi beberapa tahun silam. “Sekarang petani kembali bisa panen sekali 3 tahun,” kata Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Pangandaran, Agus Sutriadi.

Demikian dalam keterangan pers kepada Independensi.com, Rabu (10/8/2018).

Sebelumnya saat dam parit tersebut belum diperbaiki petani kerap mengeluh. “Seringkali petani libur tanam padi,” kata Agus. Bahkan banyak sebagian yang mulai lari dari sektor pertanian.

Kini para petani bergairah kembali. “Mereka senang karena lahan kembali terairi dan bisa panen 8-9 ton per ha,” kata Kepala Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian, Dedi Nursyamsi.

Angka itu nyaris 2 kali lipat dari produksi rata-rata nasional yang hanya 5 ton per ha. Hasil tinggi itu, menurut Dedi, karena secara alami sawah Pangandaran bukan berada pada lahan masam. “Di sana banyak pegunungan berkapur sehingga air yang mengalir relatif basa,” kata Dedi.

Pada kondisi sawah yang berada di kisaran netral, maka unsur hara tersedia bagi padi. “Pupuk yang diberikan dapat langsung diserap tanaman,” kata Dedi.

Menurut Dedi, Sungai Citumang membelah daratan berbahan induk batu gamping sehingga terbentuk sungai curam dan deras. Di sungai itulah dam parit (bendung kecil) terletak di Desa Bojong, Kecamatan Parigi.

Dam parit ini sudah dibangun sejak jaman pemerintahan Belanda dan pernah direhabilitasi Kementerian PU beberapa tahun lalu. Dam parit selebar sekitar 15 meter dengan debit saat dikunjungi lebih dari 1000 liter/detik dapat mengairi ribuan hektar hamparan lahan sawah yang terdapat di Desa Bojong, Cibenda, Ciliang, Cintaratu, dan Cintakarya.

Pangandaran juga memiliki Sungai Cijulang yang membentang dari hulu bagian utara Pangandaran hingga hilir pantai selatan Batukaras membelah daratan yang berasal dari batu gamping sehingga terbentuk sungai curam dan kadang-kadang melewati gua-gua batu kapur stalagnit dan stalaktit.

Menurut Agus sawah-sawah yang dapat pengairan dari dam parit Citumang ditanami padi varietas Ciherang dan Mekongga karena rasanya enak dan harga jualnya baik. Di Pangandaran sendiri saat ini terdapat 13-ribu sawah irigasi dan tadah hujan.

Kini berkat adanya dam parit Citumang, Kecamatan Parigi menjadi salah satu sentra produksi padi di Kabupaten Pangandaran selain Kecamatan Mangunjaya, Padaherang, dan Kalipucang. Bahkan kini dam parit Citumang juga memberikan pendapatan asli daerah (PAD) yang signifikan bagi Kabupaten Pangandaran melalui sektor pariwisata. “Masyarakat jadi dobel untung. Pertanian meningkat, pariwisata juga meningkat,” kata Agus.