Calon Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo, memberikan keterangan dalam uji kelayakan dan kepatutan di Komite Hubungan Luar Negeri Senat di Capitol Hill, Washington, Kamis (12/4/2018). (Foto: AFP)

Trump Calonkan Anti-Muslim Jadi Menlu

Loading

JAKARTA (IndependensI.com) – Presiden AS Donald Trump mengajukan politikus anti-Muslim, Mike Pompeo, sebagai menteri luar negeri. Pompeo dipiilh untuk lebih menekan Iran dan Korea Utara.

Sejak memecat Rex Tillerson, Maret lalu, Trump belum memiliki menlu tetap. Posisi itu kini masih dipegang pelaksana tugas menlu John J Sulivan.

Pompeo, yang masih menduduki kursi direktur CIA, dikenal sebagai tokoh yang “gemar berperang” dan anti-Muslim garis keras. dia tinggal menunggu persetujuan Senat sebelum masuk kabinet.

Di depan Komite Hubungan Internasional, dia mengatakan siap membereskan “pekerjaan rumah” yang ditinggalkan Tillerson. Pompeo juga berjanji memperkuat kembali hubungan AS dengan negara-negara sahabat.

Pompeo, yang juga pernah menjadi anggota Kongres, menekankan hubungan dekatnya dengan Trump – hal yang tidak pernah dimiilki Tillerson. Dia juga membanggakan perannya di CIA dan menegaskan pentingnya penguatan kerja sama dengan mitra-mitra asing.

Dia berjanji melengkapi posisi-posisi diplomatik yang belum terisi, bertemu dengan para staf dan otoritas delegasi. Pompeo juga mengatakan bahwa karyawan Kementerian Luar Negeri AS “merasa rendah diri” dan “merasa kurang dibutuhkan”.

“Semua ini – mendengarkan, memperhatikan perbedaan, menuai bakat, kerja tim – akan menjadi landasan utama budaya Kementerian Luar Negeri untuk menonjolkan kembali perannya,” kata Pompeo seperti dikutip kantor berita AFP, Jumat (13/4/2018).

Seorang pengunjuk rasa dari kelompok CodePink melancarkan protes atas pencalonan Mike Pompeo sebagai menlu AS sebelum uji kelayakan dan kepatutan di Capitol Hill.

Tokoh Garis Keras

Dengan sejumlah perubahan kebijakan luar negeri yang diproyeksikan, Trump menunjuk politikus berusia 54 tahun, lulusan West Point dan Harvard itu sebagai pendamping utamanya di tahun keduanya di Gedung Putih.

Beberapa hari lalu, Trump juga merekrut John Bolton sebagai penasihat presiden bidang keamanan nasional. Bolton memuji Pompeo dengan menggambarkannya sebagai “pelayan masyarakat yang berbakat dan berpengalaman, juga seorang “sahabat yang baik”.

“Kami membutuhkannya sebagai menteri luar negeri yang mendukung presiden dan berani mengambil kebijakan luar negeri yang tegas,” kata Bolton dalam pernyataannya.

Di CIA, Pompeo sudah berperan merencanakan konferensi tingkat tinggi dengan pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un. Pertemuan itu diharapkan bisa menjadi terobosan dalam penghapusan senjata nuklir di Semenanjung Korea.

Pemerintahan Trump juga harus mengambil keputusan tegas tentang penggunaan senjata kimia di Suriah, sanksi lebih berat atas Rusia, dan memaksa Iran mematuhi kesepakatan nuklir yang ditandatangani pada 2015.

Pompeo dikenal sebagai politikus yang sering melontarkan pernyataan provokatif atas Iran. Penunjukannya sebagai menlu memperlihatkan tanda bahwa Trump akan menekan negara itu. Di depan Senat, Pompeo menegaskan bahwa dia siap “memperbaiki” permasalahan ini dan yakin Iran akan mematuhi tenggat waktu 12 Mei 2018.

Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Kanselir Jerman Angela Merkel dijadwalkan melakukan kunjungan kerja terpisah ke Washington sebelum 12 Mei. Kedua pemimpin negara sekutu AS itu akan melobi Trump untuk mencari solusi terbaik untuk menghentikan program senjata nuklir Teheran.

Pompoe mengatakan bahwa sebagai direktur CIA dia yakin Iran tidak akan melanggar kesepakatan yang sudah ditandatangani. Dia juga percaya bahwa seandainya tenggat waktu dilanggar, Teheran juga tidak bisa dengan cepat membuat senjata nuklir.

“Saya tidak melihat tanda-tanda mereka tidak akan mematuhi kesepakatan. Tapi saya akan memperbaiki kesepakatan ini. Itu tujuannya,” kata Pompeo.

“Jika tidak ada peluang memperbaikinya, saya akan merekomendasikan kepada presiden bahwa kita akan melakukan yang terbaik untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dan kesepakatan yang lebih baik. Bahkan setelah 12 Mei, masih banyak tugas diplomatik yang harus dikerjakan,” ujarnya.

Pompeo – yang pernah mengatakan bahwa dia tidak bermasalah jika Kim Jong-un dibunuh – ditanyai pendapatnya tentang perlu atau tidaknya tindakan militer AS untuk menggulingkan Kim.

“Saya tidak menyarankan perubahan rezim. Saya sepakat dengan pandangan presiden yaitu terus menekan negara itu, membangun koalisi diplomatik global untuk menekan Kim Jong-un sehingga Amerika Serikat bisa mencapai tujuannya tanpa membahakan satu orang pun laki-laki dan perempuan dari negeri ini,” kata Pompeo.

Dia juga ditanyai tentang pertanyaannya di masa lalu, ketika masih menjadi anggota Kongres dari Kansas, bahwa dia adalah anti-Muslim dan anti-gay.

Pompeo menjawab bahwa selama memimpin CIA dia mendukung angkatan kerja yang beragam, “dengan fokus pada misi dan menuntut semua anggota tim diperlakukan setara dan dengan hormat.”

Setelah lima jam dengar pendapat, belum ada kepastian tentang penunjukannya sebagai menteri luar negeri. Padahal dia lulus dengan mudah ketika menjalani uji kelayakan dan kepatutan untuk menduduki posisi direktur CIA pada 2017.

Anggota komite dari Partai Republik, Rand Paul, dengan tegas menentang penunjukan Pompeo. Artinya, Pompeo butuh setidaknya seorang senator dari Partai Demokrat untuk menyeberang garis partai guna mendukungnya.

Senator Lindsey Graham, yang mengawasi kebijakan luar negeri Republik, mengatakan bahwa Pompeo akan menjadi menlu di saat yang “berbahaya” secara global, dan bahwa “saya rasa dia orang yang tepat saat ini.”

Penunjukan Pompeo akan ditentukan lewat voting di Komite Hubungan Luar Negeri pekan depan.