Pulung Nurtantio dan Gibran Rakabuming Raka dari Madhang, Arief Triastidika dari Sampoerna untuk Indonesia serta Jeff Kristanto dari Yayasan BEDO.

Yayasan Bedo Dorong UKM Untuk Saling Berbagi Ilmu Kewirausahaan

Loading

BALI (Independensi.com) – Pameran UKM ‘SETC Expo’ dari ‘Sampoerna Untuk Indonesia’ baru saja terselenggara di Taman Gong Perdamaian Kertalangu Denpasar akhir pekan kemarin, menampilkan 180 UKM dari seluruh Indonesia dan menghadirkan pembicara nasional seperti Gibran Rakabuming Raka (Pemilik Chilli Paring Catering/Markobar/Madhang), Achmad Zaki (CEO BukaLapak), Joger, dan banyak lagi.
Sebagian besar UMKM yang hadir di festival UKM ini adalah binaan Yayasan BEDO Bali.

Pembinaan dilakukan BEDO secara terus menerus sehingga UKM menjadi mandiri, dan mampu membagi ilmu nya ke UKM lain. “BEDO adalah lembaga Knowledge & Experience Sharing, kami mendorong anggota kami berbagi ilmu kewirausahaan yang didapat setelah program, agar manfaat ilmu bisa menjangkau lebih banyak UKM. Seperti 20 UKM binaan kami di Blora, kini mereka mendampingi 100 UKM kota Rembang, dan 12 UKM Pasuruan mendampingi 60 UKM Pasuruan lain yang belum mendapat pelatihan”, ujar Jeff Kristianto, Program Manager Yayasan BEDO di SETC Expo, Taman Budaya Kertalangu, Sabtu (15/12/2018).

Saat ini Yayasan BEDO sedang menjalankan 2 program Sampoerna Untuk Indonesia, yaitu “TREND” dan “WWHP”. Program TREND (Tourism Based Retail Entrepreneur Development) menyasar toko-toko kelontong di area wisata agar mampu bersaing dengan toko modern yang kini menjamur dan UKM produksi di area wisata. Harapannya, para pemilik toko kelontong dapat menjadi ‘Bapak Asuh” dan ikut menularkan cara pemasaran produk UKM di daerahnya baik secara langsung di toko, dan melalui pemasaran online.

“Kami berharap toko kelontong dan UKM bisa menjadi kekuatan baru daerah”, lanjut Jeff, “Toko kelontong akan memiliki ‘Teras Oleh Oleh’ yang menjadi bagian dari toko kelontong yang mensinergikan toko dan ukm. Program ini berlangsung di Kabupaten Tabanan, Karangasem, Buleleng dan Lombok Tengah, 16 UKM hadir di acara SETC Expo kemarin.

Program lain yang sedang berjalan dari Yayasan BEDO adalah program ”WWHP” : Wood & Water Hyacinth Project, yaitu program untuk membantu pemerintah daerah memanfaatkan Enceng Gondok yang mengganggu aliran sungai di Pasuruan Jawa Timur. Banjir yang kerap melanda Kabupaten Pasuruan mendorong Ibu Dekranasda, Ibu Lulis Irsyad, melakukan pembenahan sungai dan memanfaatkan enceng gondok tersebut dengan bantuan Yayasan BEDO dan Sampoerna Untuk Indonesia.

“Kami mendorong Komunitas lokal untuk bersama sama membangun eko sistem usaha enceng gondok ini” kata Jeff.

Komunitas UKM Kecamatan Gempol memanen dan mengeringkan enceng gondok, sedangkan UKM dari kecamatan lain diajarkan membuat anyaman enceng gondok, salah satu nya Ibu Winarsih dari Komunitas rajut Pasuruan. Ibu Winarsih menggabungkan teknik rajut dengan enceng gondok, sehingga tercipta karpet, alas yoga, kursi kecil dari bahan enceng gondok yang dirajut dengan benang warna warni. Beliau mengajarkan teknik rajut enceng gondok ini kepada 30 UKM di areanya.

BEDO juga membawa UKM Enceng Gondok dari Kota Yogyakarta untuk berbagi ilmu menganyam enceng gondok di Kabupaten Pasuruan. “Program ini mensinergikan UKM antar daerah untuk saling berbagi”, tutup Jeff Kristianto,”Penjualan produk juga dibantu anggota BEDO yang sudah ekspor, dibawa sampai pameran di Abiente di Jerman”. Permintaan juga sudah banyak datang dari beberapa buyer dan saat ini sudah mulai tahap produksi.

“Berbagi itu Bertambah”, kata Jeff, “saya yakin dengan berbagi ilmu, UKM akan diberkati usaha nya dan bisnisnya akan semakin maju.

Yayasan BEDO adalah lembaga non profit, berdiri sejak 2005 sebagai bagian dari Kuta Small Business Association (KBSA) yang saat itu gencar membangkitkan ekonomi lokal paska bom Bali 2002-2004. (Hidayat)