Menhan Ryamizard Ingatkan Purnawirawan Soal Jati Diri TNI

Loading

JAKARTA (IndependensI.com) – Menteri Pertahanan, Ryamizard Ryacudu mengingatkan para purnawirawan TNI agar kembali ke jati diri TNI dalam mengabdi kepada bangsa dan negara. “Masih ada para purnawirawan yang tidak mau memikirkan Negara lagi. Ironis Memang, tapi itulah kenyataannya.

Mereka ini sudah lupa dengan jati dirinya, mereka sudah lupa, bahwa dengan adanya TNI, negara ini mendapatkan kemerdekaannya dan dengan adanya TNI, negara ini aman dan damai,” kata Menhan dalam sambutannya pada acara Simposium yang bertema “Kembali Ke Jati Diri TNI”, di Gedung AH Nasution Kemhan, Jakarta, Kamis (20/2/2019).

Menhan mengaku bangga dan terharu karena pada acara simposium ini dapat bertatap muka langsung dengan pendiri negara sekaligus pendiri TNI, serta Pemegang Amanah pewarisan Nilai-Nilai Jiwa dan Semangat Perjuangan 1945.

“Beliau-beliau ini adalah pelaku sejarah perjuangan yang mendapatkan amanah dari Tuhan yang maha Besar untuk merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia,” kata Ryamizard.

Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) ini menyebutkan, meski usianya sudah diatas 80 tahun dan diatas 90 tahun, namun para sesepuh TNI ini masih terus memikirkan negara.

“Ini sangat luar biasa karena pada era sekarang ini, sudah tidak ada orang yang berumur diatas 90 tahun yang masih mau memikirkan Negara. Bapak-bapak ini dengan usia 91 tahun, 92 tahun, 93 tahun sudah tidak lagi memikirkan dirinya sendiri dan sudah selesai dengan dirinya. Yang berada dipikirannya hanyalah Negara dan TNI. Kita semua sangat bangga kepada bapak-bapak semua,” kata Ryamizard.

Namun, generasi yang jauh lebih muda, yakni yang berusia dibawah 70 harusnya merasa malu karena kebanyakan yang lebih muda ini tidak lagi memikirkan negara, tetapi malah memikirkan diri sendiri. “Ini sangat memalukan,” tegas Menhan.

Ryamizard masih ingat Pidato Presiden kelima Indonesia, Megawati Soekarnoputri yang menggetarkan hati tahun 2004 saat beliau berkunjung ke Papua yang menyatakan.

“seribu kali pejabat Gubernur di Papua diganti, Papua tetap disana, seribu kali pejabat daerah dan Bupati Papua diganti Papua tetap disana, tetapi satu kali TNI ditarik dari tanah Papua, besok Papua merdeka”.

“Ini merupakan refleksi dan pengakuan betapa pentingnya keberadaan TNI sebagai benang-benang perekat dan pemersatu bangsa,” kata Ryamizard.

Demi mengembalikan kesadaran inilah, tambah dia, keluarga besar TNI, para Purnawirawan, dan TNI aktif merasa sangat perlu untuk menyelenggarakan simposium yang sangat penting bagi TNI dan Negara.

“Kita berkehendak, apa yang dilakukan bapak-bapak Pendiri bangsa ini harus dapat diturunkan dan dialihkan melalui penyerahan tongkat estafet ke generasi TNI berikutnya,” katanya.

Nilai-Nilai, Jiwa dan Semangat 45 ini akan tetap relevan dan aktual dan harus terus kita pegang teguh dengan terus Menjaga keutuhan NKRI, dengan memegang teguh Pancasila; UUD 45; Sumpah Prajurit dan Sapta Marga, ucap Ryamizard.

Dalam kesempatan itu, Menhan Ryamizard mengatakan sebagai aparat pertahanan dan keamanan negara, TNI perlu terus mengamati berbagai dinamika dan perkembangan situasi nasional dengan seksama di tahun politik ini.

“Karena apabila tidak kita waspadai bersama akan dapat mengimbas serta mempengaruhi stabilitas keamanan nasional kita. Jangan sampai Pemilu ini menjadi pesta demokrasi yang berdarah-darah,” tegasnya.

Hal itu, tambah Menhan Ryamizard, jelas menuntut agar TNI senantiasa mengedepankan profesionalisme dalam mengimplementasikan perannya sebagai bagian dari sistem kenegaraan.

“Dinamika politik yang sarat dengan kepentingan dan kecenderungan tarik-menarik antar elite politik harus dapat disikapi secara arif untuk menghindari keterjerumusan TNI pada situasi pelik. Oleh karena itu,

TNI harus selalu menjaga netralitasnya dan selalu berpegang teguh pada prinsip untuk menempatkan kepentingan negara di atas segala kepentingan demi menjaga tetap kokohnya persatuan dan kesatuan,” demikian Ryamizard Ryacudu. *