Beternak Puyuh, modal minimal hasil optimal

Loading

JAKARTA (IndependensI.com)-Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH), Kementan berkomitmen untuk mendukung pengembangan budidaya ternak puyuh yang memiliki potensi pengembangan yang besar. Hal tersebut disampaikan oleh I Ketut Diarmita, Dirjen PKH saat berkunjung ke Araya Quail Farm (AQF) di Cimande, Bogor, 5 Juli 2019.

Di Cimande, Ketut bertemu dengan Asosiasi Peternak Puyuh Indonesia (APPI) yang datang dari berbagai tempat di Indonesia. Dalam ucapan selamat datangnya, Gutomo, pemilik AQF sekaligus Jenderal Bintang 2 Purnawirawan TNI AU ini menyampaikan terima kasih atas kehadiran Pemerintah dalam upaya mengembangkan potensi peternakan puyuh di Indonesia. Dirjen PKH, lanjut Gutomo merupakan bapak bagi semua komoditas peternakan di Indonesia.

“Besar harapan kami bahwa kehadiran Dirjen PKH merupakan awal yang baik dalam upaya meningkatkan pengembangan peternakan puyuh di Indonesia,” ungkap Gutomo. “Potensi ternak puyuh ini sangat luar biasa, tapi masih minim sentuhan kebijakan, kedepan saya mengajak Kementan untuk bersama-sama mengembangkan ternak puyuh di Indonesia,”lanjutnya.

Ketut menyambut baik ajakan ini dan menyampaikan bahwa Pemerintah selalu siap memfasilitasi pengembangan peternakan di Indonesia, apalagi untuk komoditas yang potensinya sangat besar untuk dikembangkan dan berpeluang untuk ekapor. Ketut berpesan agar APPI membentuk kelompok-kelompok peternak untuk memudahkan pembinaan dan fasilitasi dari pemerintah baik dari segi teknis maupun dukungan kebijakan.

“Kedepan, Pemerintah akan menyiapkan kebijakan untuk pengembangan puyuh ini. Termasuk kebijakan teknis dalam implementasi biosekuriti peternakan,” ujar Ketut. “Untuk peternakan puyuh yang sudah siap ekspor akan difasilitasi dan didampingi sampai bisa mendapatkan sertifikasi bebas kompartemen avian influenza, karena ini merupakan syarat mutlak untuk bisa ekspor” tambahnya.

Kriswiyanto, salah satu peternak puyuh dari Sukabumi menyampaikan bahwa dari segi budidaya, beternak puyuh itu sangat mudah dan ancaman penyakitnya pun sangat sedikit dibanding ternak unggas lainnya. Sementara itu terkait dengan hoax produk puyuh yang dianggap tinggi kolesterol sehingga membuat masyarakat enggan mengkonsumsinya, Kriswiyanto membantah hal tersebut dan menegaskan bahwa kolesterol yg dikandung oleh produk ternak puyuh merupakan kolesterol yang baik dan menyehatkan.

“Produk-produk ternak puyuh kami sudah diuji oleh laboratorium pemerintah, universitas, dan juga swasta, hasilnya memastikan bahwa produk ternak puyuh memiliki kandungan protein tinggi, dan untuk by product berupa kohe dapat memenuhi unsur hara makro dan mikro yg baik untuk pupuk” jelas Kriswiyanto.

Mengamini Kriswiyanto, Haris Lambey, peternak puyuh dari Batam yang juga masih aktif sebagai Polisi ini juga menyampaikan berbagai potensi ternak puyuh, termasuk potensi ekspor ke beberapa negara di Asia Tenggara, termasuk Singapura dan Malaysia. Sementara itu Anton Permana, Alumni Lemhannas yang selama ini aktif membina peternak puyuh organik menyampaikan potensi pasar domestik produk puyuh masih sangat terbuka lebar. Lanjut Anton, produk telur puyuh per bulan saja baru mencukupi 10% dari potensi kebutuhan sebesar 50 juta butir, belum lagi produk puyuh lainnya seperti daging atau olahan produk puyuh seperti bakso, sosis, nugget, dan lain-lain.

“Saat ini pola pemeliharaan dan bisnis puyuh masih konvesional, kedepan kami bercita-cita budidaya dan pemasaran produk puyuh ini bisa dilakukan lebih modern dan profesional, oleh karena itu kami memberikan pendampingan, supervisi, dan menyediakan fasilitas pelatihan budidaya dan pemasaran produk puyuh di AQF, Cimande ini dan juga di Slamet Quail Farm, Sukabumi untuk para peternak puyuh di Indonesia,” Jelasnya.

Lanjut Anton, program yang dilakukan termasuk peningkatan kualitas SDM peternak, menajemen SOP produksi, operasional, dan juga digital marketing. Para peternak yang sudah bergabung dengan APPI akan disupervisi melalui menajemen holding bernama HL Puyuh Indonesia agar kedepan bisa bersinergi dan mempunyai peningkatan nilai tambah atas hasil produksi mereka, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan para peternak puyuh.

“Ini adalah implementasi dari konsep ketahanan pangan nasional berbasis ternak yang secara kultur budaya sangat dekat dgn masyarakat Indonesia” pungkasnya.