Anies : Risiko Penularan di Transportasi Publik Lebih Kecil Ketimbang di Perkantoran

Loading

JAKARTA (IndependensI.com) – Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menjelaskan, risiko penularan virus Corona di transportasi umum lebih kecil. Dalam sebuah penelitian yang dia baca disebutkan bahwa risiko penularan virus Corona di transportasi publik di negara-negara Asia dan Amerika angkanya sangat kecil.

“Kami menemukan situasi di mana risiko penularan di kendaraan umum mungkin kecil. Kalau kita lihat penelitian di Asia dan di Amerika, risiko penularan di transportasi publik itu kecil,” ujarnya
saat menjadi narasumber di diskusi virtual yang diselenggarakan ABC Indonesia Jumat (21/8/2020).

Dia melanjutkan, risiko risiko penularan di transportasi publik bisa lebih ditekan apabila kedisiplinan masyarakat tinggi dalam menerapkan protokol kesehatan. Seperti memakai masker, mencuci tangan, serta menjaga jarak. “Risiko penularan kecil selama kepatuhan menggunakan masker itu dijaga dan kepatuhan mencuci tangan setelah keluar dari angkutan umum dijaga,” ujar Anies

Sebab lainnya, karena tidak adanya interaksi selama di transportasi umum. Para penumpang tidak berbicara satu sama lain karena tidak kenal. Hampir semuanya fokus dengan dirinya sendiri maupun gadgetnya. Sehingga meminimalisir penularan melalui droplet karena bercakap-cakap satu sama lain.

“Di kendaraan umum juga hampir semua orang tidak bercakap-cakap, apalagi kalau berangkat sendiri-sendiri. Jadi perjalanan dari rumah ke kantor naik kendaraan umum pakai masker. Merasa saling tidak kenal, tidak mengobrol. Maka potensi penularan jadi rendah,” katanya.

Anies menilai, tingginya risiko penularan Covid-19 justru terjadi di perkantoran. Sebab para pegawai di perkantoran banyak yang tidak memakai masker selama di kantor. “Kalau kita lihat, di kantor justru orang lepas masker. Baru sampai kantor langsung lepas masker. Ngobrol karena ketemu dengan orang yang dikenal,” ujar Anies.

Dia melihat, masyarakat cenderung mengabaikan protokol kesehatan karena merasa sudah kenal dan dekat dengan teman kerjanya. Masyarakat merasa orang yang dikenal itu aman dari virus Corona, sehingga tidak akan ada penularan virus satu sama lain.

“Kita ini punya kecenderungan kalau merasa kenal lalu aman, padahal mana kita tahu kalau yang bersangkutan memang aman atau sudah terpapar tanpa gejala,” ujarnya.

Selanjutnya, Anies juga sempat menyinggung soal banyaknya kritikan yang ia dapatkan terkait kebijakan ganjil genap yang diberlakukan kembali. Pengamat kebijakan publik maupun masyarakat menilai, ganjil genap bisa meningkatkan penularan virus Corona.

Anies membalas kritikan ini dengan data. Ia menegaskan bahwa tidak ada lonjakan penumpang di transportasi umum setelah ganjil genap kembali diberlakukan. Sehingga ia yakin penularan di transportasi publik tidaklah tinggi.

“Waktu itu banyak yang khawatir nanti banyak orang yang naik kendaraan umum kalau ganjil genap diterapkan, ternyata kenaikan penumpang itu di bawah 10 persen, artinya orang tidak lagi bepergian,” tuturnya.

Berdasarkan data Dinas Perhubungan DKI Jakarta yang jadi acuannya, tercatat ada kenaikan jumlah penumpang angkutan umum sebesar 4,4 persen pada hari pertama penerapan kebijakan ganjil genap.
Jumlah penumpang angkutan umum pada 27 Juli 2020 atau sebelum penerapan ganjil genap mencapai 742.315 orang. Sedangkan pada hari pertama penerapan ganjil genap pada Senin 3 Agustus 2020 meningkat sebanyak 774.952 orang.