BOGOR (Independensi)- Sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Kabupaten Bogor menggelar aksi unjuk rasa di gerbang Komplek Pemda Kabupaten Bogor untuk menolak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).
“Akibat daripada kenaikan harga BBM sangatlah buruk bagi masyarakat, karena memicu inflasi tinggi, meningkatnya angka kemiskinan, hal tersebut menunjukan ketidakseriusan pemerintah dalam mengatasi permasalahan ekonomi dampak dari Covid-19 ini,” kata Ketua PC PMII Kabupaten Bogor, Miftahudin dalam orasinya, Kamis (8/9/2022).
Miftahudin menilai, dampak dari kenaikan harga BBM ini akan menambah angka kemiskinan yang sebenarnya sudah sempat turun jika dibandingkan dengan tahun 2021.
Menurut datanya, angka kemiskinan mencapai 27,54 juta penduduk dengan persentase 10,14 persen. Di Kabupaten Bogor sendiri, angka kemiskinan mencapai 7,99 persen pada akhir 2021.
“Apabila dikaji secara mendalam, angka tersebut juga akan ikut naik karena kenaikan harga BBM, karena secara umum ketika harga BBM baik, maka harga kebutuhan pokok juga akan ikut naik. Pemerintah tak prihatin kepada masyarakat miskin,” paparnya.
Adapun kenaikan harga BBM ini, kata Miftahudin, akan mencederai visi Indonesia Emas 2045, yang mana salah satu intisari visi utamanya adalah kewajiban mewujudkan masyarakat berkualitas dan bebas dari kemiskinan.
“Bagaimana bisa mencapai visi tersebut jika kenaikan BBM yang dilakukan pemerintah, malah akan memicu bertambahnya angka kemiskinan,” tegasnya.
Oleh karenanya, dirinya menegaskan PC PMII Bogor dengan tegas menolak kenaikan harga BBM bersubsidi.
“Juga mendesak Pemkab Bogor agar menyatakan sikap penolakan kenaikan BBM dan mendorong Pemkab Bogor menjaga stabilitas perekonomian di Kabupaten Bogor,” paparnya. (Hiski)