Pesan Menyejukkan Khutbah Idul Adha

Loading

JAKARTA (IndependensI.com) – Pesan menyejukkan para khatib pada khutbah sholat Idul Adha semakin menambah suasana semakin berkhidmad sholat Idul Adha yang berlangsung, Jumat (1/9/2017) pagi. Berdasarkan pantauan IndependensI.com dari berbagai daerah, masyarakat begitu antusias dan berbondong mengikuti sholat Idul Adha di seluruh nusantara.

Beragam pesan menyejukkan pun di sampaikan para khatib, mulai dari ajakan merawat keberagaman, membangun kepekaan sosial, mengembangkan sikap solidaritas, mengutamakan perolehan harta secara halal dan lainnya.

Khatib Nurdin Abdullah mengajak jamaah Idul Adha untuk terus merawat keberagaman dengan menghargai dan menghormati perbedaan antarumat beragama dalam kehidupan berbangsa dan bermasyarakat. “Idul Adha pada hari ini merupakan momentum untuk memperbaharui tingkat pengurbanan setiap jamaah dan meneladani sosok Nabi Ibrahim yang diakui semua agama samawi karena beliau mengumandangkan saling menghormati dalam keberagaman,” katanya di Kupang, Jumat (1/9/2017).

Khatib Abdullah mengatakan hal itu saat memberikan khotbah hari raya Idul Adha 1438 Hijriah bertempat di Lapangan Korem 161 Wirasakti Kupang. Ia mengatakan dalam hidup ini sesungguhnya ada tiga hal utama yang harus dilakukan umat manusia seperti Beragama, Percaya dan Bertaqwa kepada Allah pencipta manusia dan alam semesta. “Setiap orang wajib menyembah dan sujud kepada Allah sebagai dimensi spiritual yang melahirkan ketaqwaan pribadi dan kesahian pribadi,” katanya.

Tujuan kedua kehadiran setiap kita di muka bumi ini adalah saling kenal dan mengenal bahkan saling memahami satu dengan yang lainnya dalam hidup bersama. “Ini sebagai dimensi sosial yang senantiasa melahirkan ketakwaan sosial dalam berbagai keberagaman antara satu dengan yang lainnya seperti diteladani Nabi Ibrahim.

Sebab Nabi Ibrahim terkenal sebagai “Bapak Monoteisme” karena beliau mengumandangkan “Hai manusia Tuhan yang kamu sembah adalah Tuhan seru sekalian Alam, bukan Tuhan satu ras, bukan Tuhan satu kelompok dan bangsa tertentu”. Dan tujuan ketiga adalah setiap manusia seperti di atas itu selalu diuji tingkat keimanannya, ke-Islamannya. “Tujuan ini akan melahirkan manusia-manusia Istiqomah dalam menghadapi kehidupan yang terkadang tidak ada kesesuaian antara harapan dan kenyataan.

Dari Yogyakarta, Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah Faturrahman Kamal berharap momentum Hari Raya Idul Adha dapat menggugah masyarakat untuk membangun kepekaan sosial. “Perlu dimaknai sebagai momen untuk mengasah kepekaan terhadap persoalan sosial kemasyarakatan, mengajarkan sikap saling empati dan sayang terhadap sesama,” kata Faturrahman dalam khotbah Idul Adha di Alun-alun Utara, Yogyakarta.

Selain berdimensi ritual trensenden yang melahirkan kesalehan individual, ibadah kurban juga berdimensi horisontal kemanusiaan yang melahirkan kesalehan sosial.
“Perhatikanlah apa yang harus kita lakukan terhadap daging-daging kurban? Solidaritas kemanusiaan yang begitu luas semakin terasa dan kita tiada henti mengokohkan relasi antarsesama,” kata dia.

Momentum Idul Adha, sekaligus menjadi kesempatan masyarakat untuk meneladani sifat dan karakter Nabi Ibrahim. Nabi Ibrahim diberikan predikat oleh Allah SWT sebagai “ummah”. Secara sederhana predikat itu dapat dimaknai sebagai sosok pemimpin ideal yang mencerahkan dan teladan manusia secara universal serta dapat mewujudkan ketentraman dan kemakmuran. Ia memiliki karakter utama yang perlu diteladani masyarakat Indonesia saat ini, yakni karakter pandai bersyukur.

Dalam konteks Ke-Indonesiaan, menurut Faturrahman, rasa syukur tidak hanya berdimensi teologis-transenden, namun juga diaktualisasikan dalam kehidupan manusia secara nyata dengan menebar kebaikan kepada siapapun tanpa memandang kelompok, suku, ras, bahkan agama sekalipun. Rasa syukur, kata dia, juga dapat diwujudkan dengan menghindari sifat dan sikap koruptif yang hanya mementingkan kelompoknya serta menjauhi berbagai hal yang dapat memicu permusuhan sesama. “Bangsa Indonesia sesungguhnya memiliki nilai-nilai keutamaan untuk menjadi unggul dan berperadaban tinggi. Di antara nilai-nilai itu adalah tahan menderita, daya juang, mengutamakan harmoni, dan gotong royong,” tuturnya.

Rejeki Halal untuk Keluarga

Di bagian lain, Khatib Shalat Idul Adha, Maslihan Saifurrozi dalam khutbahnya di kawasan Taman Alun-alun Kapuas Pontianak, mengajak umat muslim agar memberikan rezeki yang halal terhadap istri, anak atau keluarganya. “Mari kita membina anak sholeh, mulai dari orang tua sendiri, yakni dengan memberikan rizki yang halal kepada istri dan anak-anak kita,” kata Maslihan Saifurrozi saat menyampaikan khutbahnya di kawasan Taman Alun-alun Kapus Pontianak.

Ia menjelaskan, meskipun harta tersebut halal, tetapi prosesnya tidak halal, maka harta tersebut tergolong haram. “Karena dalam pandangan Islam apa yang dimakan oleh tubuh manusia akan berpengaruh terhadap perilakunya. Karena itu Islam mewajibkan kepada setiap orang tua memberikan makanan yang halal untuk anak-anak,” ungkapnya.

Sementara itu, Gubernur Gorontalo Rusli Habibie mengatakan, ibadah qurban mengajarkan solidaritas murni dan keikhlasan yang tulus dari manusia kepada Sang Pencipta. “Idul Adha 1438 Hijriyah atau umat Islam sering menyebutnya Idul Qurban, esensinya adalah mengajarkan manusia tentang solidaritas murni serta keikhlasan pengabdian kepada Sang Pencipta sehingga umat tidak hanya merenung tentang apa itu pengorbanan yang diajarkan dalam Islam, namun menanamkan nilai kecintaan sesama manusia untuk ikhlas berbagi,” ujar Gubernur Rusli, usai melaksanakan sholat Idul Adha di masjid Agung Baiturrahim Moluo Kabupaten Gorontalo Utara.

Gubernur berharap, makna Idul Adha tidak sekedar merenungi tentang apa yang sudah diperbuat manusia. Umat Islam di Gorontalo khususnya di Gorontalo Utara, senantiasa menepis perbedaan dan mengedepankan persatuan sebagai kekuatan dalam membangun daerah dan negara. “Pertahankan kerukunan dan predikat sebagai daerah teraman serta saling menjaga perbedaan dengan sikap saling menghormati, menjaga keharmonisan apalagi Gorontalo Utara akan menghadapi pesta demokrasi Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah (Pilkada) 2018,” kata Gubernur Rusli.