Edy Rahmayadi ketika membagi-bagikan uang di sebuah gereja di kawasan Simalingkar, Medan

Suku Batak di Riau Sebut Edy Rahmayadi Bagi-bagi “Uang Jajan”

Loading

PEKANBARU (IndependensI.com) – Beredarnya video Edy Rahmayadi dimedia sosial, membuat tanggapan suku batak yang berdomisili di Pekanbaru (Riau) berbagai perspektif yang berbeda-beda. Banyak yang mendukung, banyak pula yang mengecam karena dinilai tidak mendidik.

Di warung kopi Jumat 5 Januari 2018 Suku Batak yang ada di warung itu tiba-tiba saja membahas politik yang lagi viral terkait bagi-bagi uang yang dilakukan Edy di salah satu Gereja di Sumatera Utara belum lama ini. Suku Batak yang diwarung itu membicarakannya pro-kontra. Obrolan di warung kopi itu pun sangat seru karena merasa semua pendapatnya yang paling benar.

Lamro Sihombing (32) salah satu warga Pekanbaru sebut apa yang dilakukan Edy Rahmayadi calon gubernur itu adalah hal yang biasa dan bukan ada unsur “money politic” dan tak uang suap terhadap rakyat. “Kalau saya perhatikan video itu, tak lain adalah hanya ramah tamah Bapak Edy Rahmayadi ke gereja, beliau memberi uang itu adalah untuk anak-anak. Coba jeli kita lihat video itu, kan ada pihak gereja menyebut bahwa uang itu dipriotaskan menerima adalah anak-anak. Ya anggap saja sebagai oleh-oleh Pak Edi” ujarnya.

Samuel Naibaho pemuda yang mengaku bekerja di koperasi ini, sebut bahwa Edi adalah sosok yang baik. “Nah inilah calon Gubernur yang saya sukai, beliau mau berbagi ketika mau calon. Hari gini seorang calon Gubernur tak mau berbagi? Calon Guberrnur munafik itu namanya” Jelas Lamro.

Dilanjutkkan Lamro, bahwa siapa pun calon Gubernur atau Bupati sudah lazim bagi-bagi uang, meskipun itu sembunyi-sembunyi. “Saya salut apa yang dilakukan Pak Edy Rahmayadi terang-terangan memberi kepada anak-anak dengan sukacita. Jadi uang itu adalah bukan untuk dewasa tapi untuk anak-anak. Jadi kita anggap saja itu “uang jajan dan bukan money politic” ujarnya

Namun sejumlah kelompok diskusi suku Batak di media sosial justru mengecam Edy Rahmayadi yang membagi-bagikan uang di dalam gereja, sekalipun itu untuk anak-anak. Anak-anak itu kan ditemani oleh orang tuanya, sehingga hal itu jelas ada motif politik di situ. “Edy Rahmayadi membagi-bagi uang pecahan Rp 50.000 kepada anak-anak jelas yang di sasar adalah orang tuanya,” Lintong.

Di bagian lain, Mula Hasibuan pemuda asal Medan yang kebetulan sedang berkunjung ke Pekanbaru, bahwa pencalonan Djarot ingin jadi Gubernur Sumatera Utara adalah gila jabatan alias ambisius. Diterangkannya, bahwa Djarot adalah baru selesai ikut bertarung pilgub Jakarta, seharusnya Djarot “bersemedi” atau “mengheningkan cipta” dulu.

“Pak Djarot sepertinya haus akan jabatan, baru saja kalah bukannya “bersemedi” atau “mengheningkan cipta” ini kok ikut pilkada Sumut? Emang hak beliau itu mencalonkan diri, tapi sebaiknya diam dululah di rumah, apa gak capek? Terlalu sekali ambisius jadi Gubernur” kata Mula Hasibuan dengan logat Batak yang masih sangat kental. (Mangasa Situmorang).