Presiden Ekuador Lenin Moreno memberikan suaranya di “Universidad Tecnológica Equinoccial” di Quito, Minggu (4/2/2018) dalam referendum untuk membatasi masa kepemimpinan presiden. (AFP)

Mantan Presiden Dilarang Ikut Pilpres

Loading

JAKARTA (IndependensI.com) – Ambisi Rafael Correa untuk maju di pemilihan presiden Ekuador pada 2021 pupus sudah. Mantan presiden itu tidak bisa mencalonkan diri lagi setelah mayoritas rakyat Ekuador menolaknya.

Penolakan dilakukan lewat cara demokratis yaitu melalui referendum yang digelar pada Minggu (4/2/2018). Hasil awal memperlihatkan 64 persen voter memilih diberlakukannya kembali undang-undang yang membatasi seseorang mencalonkan diri sebagai presiden. Correa, lawan politik Presiden Lenin Moreno, mencabut peraturan tersebut pada 2015.

Sekitar 63 persen voter menginginkan restrukturisasi lembaga yang didirikan Corrrea untuk memilih pejabat negara seperti hakim. Hal ini akan secara efektif menghapus warisan sang mantan presiden di pemerintahan Ekuador.

Beberapa menit sebelum Dewan Elektoral Nasional memaparkan angka-angka, Moreno menyatakan bahwa referendum menghasilkan “kemenangan yang jelas dan melimpah”.

Hasil ini menegaskan keunggulan Moreno atas Correa yang berebut kekuasaan atas partai berkuasa yang kini terbelah, Aliansi Negeri.

“Konfrontasi sudah di belakang kita. Sekarang saatnya bagi kita untuk kembali berdiri bersama,” kata Moreno di hadapan pendukungnya.

 

Sudah Diduga

Referendum kemarin digelar untuk menjawab tujuh permasalahan, termasuk diberlakukannya kembali batas masa kepemimpinan. Dengan demikian, Correa tidak bisa menantang Moreno dalam pilpres dua tahun mendatang.

Ekuador Adopsi Pendiri WikiLeaks

Hasi ini sudah diduga lewat beberapa jajak pendapat jelang referendum. Namun hasilnya lebih kecil dari jajak pendapat yang memperlihatkan kemenangan kubu Moreno antara 72 dan 84 persen.

Correa mengaku tidak terkejut dengan hasil yang memojokkan dia. Dalam cuitannya di Twitter, Correa mengatakan belum pernah ada gerakan sebesar ini untuk sebuah referendum. Dia juga mengatakan tidak punya banyak waktu untuk “bertarung dalam pertempuran yang tidak seimbang”.

Dia menegaskan bahwa “perjuangan berlanjut. Kami tidak bisa terima negara di bawah undang-undang kejam melanggar konstitusi”.

Moreo membalasnya dengan mengatakan bahwa dia sengaja memberikan suaranya di belahan selatan ibu kota Quito untuk memastikan “orang-orang yang korup tidak kembali mengejek kita”.

Sejak berkuasa mulai Mei 2017, Moreno berulang kali “menghajar” Correa dengan menyebutnya sebagai orang korup dari “sosialisme abad ke-21”. Padahal Moreno adalah wakil presien di bawah Correa antara 2007 dan 2013.

Correa, yang memerintah satu dasawarsa mulai 2007, menyebut Moreno sebagai “pengkhianat” dan mengatakan referendum kemarin “tidak konstitusional”. Dia juga menuding Moreno menginginkan “kekuasaan absolut”.

Moreno, yang kini berusia 64 tahun, unggul tipis atas bankir konservatif Guillermo Lasso pada pilpres April 2017.

Mantan wakil presidennya, Jorge Glas, dipecat setelah Moreno terpilih lagi tahun lalu. Glas dihukum enam tahun kurungan penjara atas tuduhan menerima uang suap dari perusahaan konstruksi Brasil, Odebrecht.

Wapres Ekuador Dicopot