Agus Fitriadi. (Istimewa)

Agus Fitriadi: Bermodal Pantang Menyerah dan Percaya Diri

Loading

JAKARTA (IndependensI.com) –  Bertarung di depan publik sendiri dalam cuaca panas terik siang hari di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara, tidak membuat petenis kursi roda Agus Fitriadi gentar. Kendati sempat hilang konsentrasi dan mengalami penurunan fisik, mental bertandingnya sangat tinggi. Agus tidak menunjukkan ekspresi kecewa tatkala melakukan penempatan bola yang tidak akurat. Begitu pula saat dirinya bisa mengamankan skor melalui permainan reli, Agus tetap tenang dan berusaha fokus pada jalannya pertandingan.

Segala daya dan upaya sudah dilakukan maksimal untuk menundukkan petenis Irak Hussein Hamid Hel di babak awal cabang Wheelchair Tennis Asian Para Games 2018, tetapi Agus belum bisa mencatat kemenangan. Dia hanya mampu meraih satu dari tiga set yang ada dalam pertandingan yang berjalan seru dan ketat. Agus terhenti dengan skor 3-6, 6-1, 2-6 dari Hussein. “Saya terlalu buru-buru ingin menyelesaikan pertandingan. Padahal sudah bagus di set awal. Hanya saja tidak bisa menjaga konsistensi,” sesal Agus.

Di set awal, petenis kelahiran 10 Agustus 1985 ini mencoba membangun serangan dengan servis keras dan penempatan bola yang sangat akurat di baseline lawan. Agus sempat mendikte permainan permainan Hussein di set pertama dan mencoba menekan. Namun sayang, Hussein dengan cepat mengubah pola permainan dan mengatur irama serangan agar lawannya lengah. Terbukti walau sempat mendapat perlawanan, Hussein sukses menyudahi set awal dengan skor 6-3 atas Agus.

Memasuki set kedua, Agus yang sudah menemukan pola permainan lawan mencoba melakukan tekanan sejak awal. Tempo permainan coba diperlambat dengan harapan stamina lawan akan mengendur dalam pertandingan dalam cuaca panas terik. Benar saja, Agus mendikte permainan dari sisi baseline hingga akhirnya lawan akhirnya melakukan kesalahan sendiri. “Set kedua cukup bagus dan bisa mengenali pola permainan lawan. Saya coba menekan dari sisi baseline saja, dan berhasil.” ujar Agus.

Di set ketiga, performa maksimal yang sudah dibangun Agus sejak set kedua tidak berlanjut di set penentuan. Permainan dan serangan Agus malah menurun. Pengembalian bola cenderung melemah dan terbaca lawan hingga lawan dengan mudah membalikkan keadaan. “Bola saya mati terus dan tidak akurat sehingga terbaca lawan. Konsentrasi hilang karena kelelahan,” imbuhnya. Walau demikian, pertandingan Agus melawan Hussein ini cukup membuat banyak decak kagum. Agus berhasil menciptakan permainan tenis yang seru dan ketat, walau harus menelan kekalahan.

Ketika ditanya apa yang membuat dirinya bisa tampil maksimal di pertandingan Wheelchair Tennis kelas Asia ini, Agus mengaku semua itu modalnya pantang menyerah dalam setiap pertandingan maupun pelatihan. Selain itu, rasa percaya diri yang tinggi bisa menambah daya juang untuk mencapai kemenangan. “Jangan menyerah dan gentar dalam menghadapi pertandingan. Rasa percaya diri pun bisa menambah semangat dan mental bertanding. Saya berharap itu dimiliki semua atlet difabel yang bertanding di Asian Para Games 2018,” ungkap Agus.