Prabowo Subianto Posisikan Diri Loyalis Rizieq Shibab

Loading

JAKARTA (Independensi.com) – Pengamat hukum Petrus Selestinus, menilai, Calon Presiden nomor urut 2, di dalam menanggapi hasil hitung cepat Pemilihan Umum (Pemilu) Presiden, Rabu, 17 April 2019.

Hasil hitung cepat, petahana Calon Presiden nomor urut 1, Joko Widodo, mengungguli Prabawo di atas lima persen berdasarkan hasil hitung cepat enam lembaga survey kredibel.

“Sikap poltik Prabowo Subianto mendeklarasikan kemenangannya sebagai Capres 2019 dan menolak hasil pemilu yang sedang dihitung dan akan diputuskan oleh Komisi Pemilihan Umum,” ujar Petrus Selestinus, Sabtu pagi, 27 April 2019.

Ini, menurut Petrus Selestinus, mengidikasikan bahwa Prabowo Subianto hanya loyal kepada pesan Rizieq Shihab yang bukan siapa-siapa dalam struktur Partai Koalisi maupun dalam struktur Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi.

Buktinya sikap ngotot Prabowo Subianto yang terus menerus mendeklarasikan diri sebagai Presiden terpilih bersama Wakilnya Sandiaga Uno, pada Pemilu 2019, mendapat dukungan dari Rizieq Shihab bahkan apa yang dikumandangkan Rizieq Shihab agar Prabowo Subianto terus menerus menggelar syukuran kemenangan di sejumlah tempat.

Meski dengan jumlah peserta yang semakin berkurang, ini menandakan bahwa Prabowo Subianto mulai kehilangan legitimasi dan kredibilitasnya di mata rakyat.

Menurut Petrus Selestinus, hilangnya legitimasi atas klaim kemenangan sebagai Presiden-Wakil Presiden terpilih Prabowo Subianto-Sandiaga Uno pada Pemilu 2019.

Oleh karena hasil Quick Count semua Lembaga Survei yang kredibel mengunggulkan kemenangan untuk Capres-Cawapres Jokowi-Ma’ruf Amin, dengan selisih angka kemenangan sebesar 10%.

Namun pada saat yang sama Sandiaga Uno sebagai Cawapres Prabowo Subianto menolak deklarasi kemenangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI terpilih dan memilih mengakui hasil Quick Count sambil menunggu hasil perhitungan Real Count dari KPU yang sedang berjalan dan akan diumumkan pada tanggal 22 Mei 2019.

Menurut Petrus Selestinus, jika kita mengikuti perkembangan dinamika berita di medsos tentang perilaku Prabowo Subianto dan Rizieq Shihab, maka nampak jelas sikap Prabowo Subianto linear dengan permintaan Rizieq Shihab melalui rekaman videonya agar Prabowo Subianto tetap mempertahankan kemenangannya.

Rizieq juga menolak dialog dengan kubu 01 atau perwakilan kubu 01, kecuali kalau kubu 01 mengakui klaim kemenangan 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

“Ini berarti baik Prabowo Subianto maupun Rizieq Shihab tidak lagi punya sikap untuk loyal kepada bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan tidak menjunjung tinggi prinsip-prinsip negara hukum yang seharusnya ditaati oleh setiap warga negara Indonesia dimanapun dia berada,” kata Petrus Selestinus.

Perkembangan yang menarik akhir–akhir ini adalah, Partai Demokrat dan PAN sudah balik badan meninggalkan Prabowo-Sandi. Ketua Umum PAN sudah melakukan pertemuan dengan Presiden Jokowi dan disebut-sebut akan keluar dari Koalisi Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Begitu pula dengan Demokrat sejak awal menarik kader-kadernya untuk kembali ke Markas Besar Demokrat.

Sementara sikap Sandiaga Uno justru sejak awal tidak mau sejalan dengan sikap Prabowo Subianto yang berkali-kali mendeklarasikan kemenangannya sebagai Capres-Cawapres terpilih tanpa melihat realitas hasil quick count dan proses penghitungan manual yang sedang dilakukan oleh KPU.

Melihat realitas politik seperti ini, publik bertanya tanya atas dasar apa Prabowo Subianto, tanpa malu–malu berkali-kali mendeklarasikan kemenangnanya.

Apalagi sikap Capres Parbowo Subianto linear dengan sikap Rizieq Shihab yang meminta agar Prabowo tetap mempertahankan klaim kemenangan dan jangan kompromi dengan Capres 01 atau utusannya.

Karena itu Parbowo Subianto dipastikan hanya loyal atau setia kepada apa yang dikehendaki oleh Rizieq Shihab yaitu jangan mundur dari klaim kemenangan dan jangan kompromi dengan Capres-Cawapres 01, kecuali kalau Capres-Cawapres 01 mengakui kemenangan Capres-Cawapres 02.

Itu berarti jangan akui keputusan akhir KPU dan sekaligus jangan gunakan upaya ke Mahkamah Konstitusi kecuali jalan menuju “people power”.

Dikatakan Petrus Selestinus, tentang pilihan “peopel power” meskipun masih tetap menjadi primadona bagi Prabowo Subianto dan Rizieq Shihab, akan tetapi rakyat yang mana dan berapa jumlahnya yang mau mendukung. Prabowo Subianto mulai menuai penurunan dukungan dari kelompok Parpol yang semula menjadi Koalisi dalam BPN bahkan organisasi buruh seperti KSPSI pimpinan Moh. Iqbalpun sebagai ormas buruh yang setia mendukungnya, malah hari ini sudah bertemu dengan Capres Jokowi.

Sikap meninggalkan Prabowo Subianto sekaligus mendeligitimasi klaim kemenangan Prabowo yang semakin hari semakin tidak populer apalagi sejumlah Partai Politik dalam Koalisi seperti Partai Demokrat dan PAN, berikut masa pendukungnya mulai meninggalkan Prabowo Subianto.

Pertanyaannya apa yang mendasari sikap keras Prabowo Subianto yang ingin tetap menjadi Presiden RI di diluar sistem, bisa saja karena yang masih setia mendukung Prabowo Subianto adalah masa kelompok dari para mantan HTI, FPI dan sebagian masa Partai Bulan Bintang pimpinan Yusril Ihza Mahendra yang tidak sejalan dengan sikap Yusril mendukung Jokowi-Ma’ruf Amin. (Aju)