Menikmati Koleksi Lukisan Bung Karno “Senandung Ibu Pertiwi” di Galeri Nasional

Loading

JAKARTA (Independensi.com) – Koleksi lukisan Presiden RI pertama Ir Soekarno kembali dipamerkan. Koleksi lukisan Bung Karno tersebut secara resmi telah dihibahkan kepada negara beberapa waktu silam. Masyarakat pun bisa menikmati koleksi lukisan yang memiliki nilai seni tinggi tersebut. Setidaknya ada 48 buah koleksi lukisan Bung Karno yang dipamerkan di Galeri Nasional Jakarta tersebut.

Presiden RI kelima Megawati Soekarnoputri ikut menyaksikan pameran lukisan koleksi Presiden RI pertama Soekarno yang ditampilkan di Galeri Nasional, Jakarta, Kamis (10/8/2017). Megawati yang juga merupakan Ketua Umum DPP PDI Perjuangan didampingi Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto tetap asyik menikmati karya seni budaya tersebut. Megawati pun sempat berkomentar dan menyampaikan pentingnya sebuah rasa dalam setiap karya seni.

Berkesenian itu bukan hanya karena sekedar tren atau ikut-ikutan bergaya. “Kalau orang Jawa ada yang namanya ‘roso’. Ini sulit diterjemahkan, tetapi mungkin orang tua mengerti apa yang dimaksud ‘roso’ itu,” kata Megawati.

Lukisan yang ditampilkan di Galeri Nasional berjumlah 48 buah, merupakan karya beragam pelukis terkenal yang diberikan kepada Soekarno. Soekarno kemudian menghibahkan lukisan tersebut kepada negara untuk dipajang di Istana Kepresidenan baik di Jakarta, Bogor, Yogyakarta dan Bali.

Megawati tampak menikmati lukisan-lukisan milik ayahnya itu sembari berdialog dengan salah satu kuratornya yakni Asikin Hasan.

Kepada wartawan, Asikin menjelaskan bahwa Megawati merupakan tokoh yang sangat mengenal lukisan-lukisan milik Istana Kepresidenan ini karena Mega sejak kecil sudah tinggal di lingkungan Istana Kepresidenan.

“Beliau akrab sekali karena sejak kecil sudah melihat lukisan-lukisan itu. Dengan beberapa pelukisnya pun ibu Mega kenal,” kata Asikin.

Menurut Asikin, Megawati mengusulkan agar pameran lukisan diberikan deskripsi mengenai lokasi yang ditampilkan dalam lukisan.

“Memang cukup bagus juga kalau menampilkan deskripsi terutama mengenai lukisan pemandangan,” katanya.

Asikin mengatakan lukisan milik Istana Kepresidenan sebenarnya berjumlah 3.000 lebih. Namun untuk pameran kali ini hanya dipilih 48 lukisan yang dipamerkan.

“Kami memilih lukisan yang kira-kira sangat kecil potensinya untuk rusak, dan sesuai dengan tema pameran kali ini Senandung Ibu Pertiwi,” kata dia.

Dalam pameran bertema “Senandung Ibu Pertiwi” terdapat sejumlah lukisan berusia tua, antara lain Lukisan Perkawinan Adat Rusia karya pelukis abad 19 Konstantin Eforovick Makovsky, hadiah dari Rakyat Rusia melalui Pemimpin Uni Republik-republik Sosialis Soviet Nikira Khrushchev kepada Soekarno.

Setidaknya sudah 125 tahun usianya lukisan ini ditampilkan dalam bentuk LED TV. Lukisan itu ditampilkan dalam bentuk LED TV karena lukisan aslinya yang berada di Istana Bogor tidak mungkin dihadirkan dalam pameran. “Jadi,  lantaran usianya sudah lebih dari 125 tahun dan ukurannya sangat besar sehingga sulit dipindahkan tanpa potensi rusak,” kata Asikin.

Kemudian, lukisan berjudul “Pantai Flores” karya Basoeki Abdullah tahun 1942. Menurut Asikin, lukisan ini berawal dari lukisan Bung Karno diatas kertas, kemudian Bung Karno meminta Basoeki Abdullah melukis kembali diatas kanvas dengan ukuran besar.

“Jadi sangat menarik bagaimana Basoeki Abdullah melukis berdasarkan pandangan mata Bung Karno, karena Basoeki Abdullah sendiri tidak pernah ke Flores,” ujar Asikin.

Selain itu, ada lukisan berjudul “Harimau Minum” karya Raden Saleh 1863. Lukisan ini merupakan salah satu lukisan favorit Bung Karno karena sosok harimau diibaratkan sebagai Bung Karno yang memiliki jiwa pemimpin.

Selanjutnya dalam pameran juga ditampilkan sejumlah lukisan wanita, seperti Lukisan “Wanita Berkebaya Hijau “karya M Thamdjidin 1955, Lukisan Wanita Berkebaya Kuning karya Sumardi 1964 serta Lukisan Njai Roro Kidul karya Basoeki Abdullah 1955. (antara/kbn)