Foto dari penjara St Charles County di negara bagian Missouri, AS, memperlihatkan wajah Sayfullah Habibullahevic Saipov, pengemudi truk maut yang menewaskan delapan orang dan melukai 11 lainnya di New York, AS, Selasa (31/10/2017). (AFP)

Pelaku Teror New York Mengaku ISIS

Loading

JAKARTA (IndependensI.com) – Pengemudi truk maut yang menewaskan delapan orang di New York, Sayfullo Habibullahevic Saipov, mengaku bertindak atas nama ISIS dan “merasa senang” atas aksi terornya.

Saipov menabrak pejalan kaki dan pengendara sepeda di New York, AS, dengan truk pikap sewaan dari Home Depot pada Selasa (31/10/2017) sore waktu setempat. Imigran asal Uzbekistan itu mengaku sudah setahun merencanakan serangan tersebut.

Pelaku saat ini masih dirawat di sebuah rumah sakit di Manhattan setelah polisi menembak perutnya. Polisi terpaksa bertindak tegas setelah Saipov tampak membawa senjata saat keluar dari mobilnya.

Pelaku Teror New York Diduga Jihadis

Di antara korban tewas adalah lima sekawan asal Argentina yang sedang reuni setelah 30 tahun lulus SMA. Korban lain adalah dua laki-laki warga AS, asal New York dan New Jersey, dan seorang ibu berusia 31 tahun asal Belgia.

Sebanyak 12 orang mengalami luka parah, dengan empat di antaranya berada dalam keadaan kritis. Banyaknya korban menjadikan serangan ini adalah yang terburuk di New York sejak Al-Qaeda membajak pesawat penumpang dan menabrakkannya ke menara kembar World Trade Center (WTC) pada 11 September 2001.

Kepada polisi yang menginterogasinya di rumah sakit, Saipov mengaku merencanakan serangan teror sejak setahun lalu. Sekitar dua bulan lalu dia menetapkan rencana menabrakan truk ke kerumunan orang sebanyak mungkin saat perayaan Halloween.

Saipov dijerat dengan pasal terorisme. Jaksa Manhattan, Joon Kim, mengatakan Saipov mengaku terinspirasi oleh propaganda ISIS. Setelah melancarkan aksinya, Saipov berteriak “Allahu Akbar”.

Polisi menemukan beberapa bilah pisau dalam tas hitam yang dibawa Saipov, Surat Izin Mengemudi (SIM) Florida, dan dua telepon seluler yang berisi ribuan foto dan video propaganda ISIS.

“Di antara propaganda yang ditemukan adalah anggota ISIS membunuh tawanan dengan melindasnya dengan tank, memenggal kepala, dan menembak muka tawanan,” kata Kim.

“Saipov juga diminta memperlihatkan bendera ISIS di ruang perawatan di rumah sakit dan menyatakan bahwa dia merasa senang dengan apa yang dilakukannya,” demikian yang tertuang dalam berkas tuntutan.

Tindakan Saipov memicu kemarahan warga Paterson, New Jersey, kota yang ditinggali Saipov bersama istri dan anaknya lebih dari setahun. Warga kota yang dihuni banyak warga Muslim itu mengecam Saipov yang dinilai akan mencoreng reputasi imigran.

“Dia harus digantung!” kata seorang pengelola penatu.

“Jika kalian datang ke AS, lakukanlah sesuatu yang baik, bukan sesuatu yang buruk,” ujar perempuan yang menolak menyebut namanya karena takut.

Gubernur New York, Andrew Cuomo, mengatakan Saipov terpapar radikalisme setelah pindah ke AS. Saipov belum menjadi warga negara AS tapi sudah mendapatkan izin tinggal tetap.

Presiden AS Donald Trump menyebut Saipov “binatang” dan “mempertimbangkan” mengirimnya ke penjara di Teluk Guantanamo.

Trump juga mengatakan segara “mulai menghentikan proses” pemberian green card lewat undian. Melalui jalur itulah Saipov bisa masuk ke Amerika. Sebelumnya, Trump sudah membatasi pendatang dari sejumlah negara.

“Kami harus melakukan apa yang benar untuk melindungi warga negara kami,” kata Trump.

“Kami akan menghapus program lotere itu secepat mungkin,” ujarnya.

Trump sudah memangkas kuota penerimaan pengungsi tahunan lebih dari 50 persen, memperketat pengurusan visa, dan membatasi pendatang dari 11 negara. Sebagian besar pembatasan diberlakukan untuk negara dengan mayoritas penduduk Muslim. Uzbekistan tidak masuk dalam daftar itu.