Jalur Prestasi Internasional dan Nasional
Ilustrasi sarjana. (foto istimewa)

Pendaftar SBMPTN ke IPB Naik Pesat

Loading

JAKARTA (IndependensI.com) – Peminat kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) yang mendaftar melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) tahun ini mengalami peningkatan sekitar 20% dibandingkan tahun lalu.

Pasalnya, sejak ditutupnya pendaftaran SBMPTN, yang merupakan satu dari jalur masuk kampus ternama di Bogor ini jumlah pendaftar mencapai 42.037 calon mahasiswa.

“Jadi ada kenaikan lebih dari 20 persen dibandingkan tahun lalu yang pendaftarnya masuk melalui jalur reguler ini mencapai total 34.593,” kata Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Kemahasiswaan IPB, Dr Drajat Martianto di Bogor, Minggu (29/4/2018).

Sedangkan siswa yang mendaftar melalui jalur beasiswa Bidikmisi, kata dia, pada tahun ini mencapai 7.442 dengan jumlah peserta yang memilih IPB pada pilihan pertama 3.169, pada pilihan kedua 2.489, dan pilihan ketiga 1.784.

“Dari sekian banyak pendaftar ini, panitia akan menyeleksinya secara maksimal untuk mendapatkan sekitar 1.200 calon mahasiswa terbaik  yang akan melanjutkan pendidikan di IPB,” katanya.

Lebih lanjut, ia mengungkapkan dari kuota maksimal 4.000 mahasiswa baru yang diterima nanti paling tidak 30% mahasiswa akan diterima melalui jalur SBMPTN, sekitar 52% melaui jalur SNMPTN dan sisanya melalui jalur mandiri seperti Ujian Talenta Mandiri, Beasiswa Utusan Daerah, Jalur Ketua Osis dan Jalur Prestasi Internasional dan Nasional untuk bidang sains, olahraga dan seni/budaya.

Terkait dengan penerimaan mahasiswa baru ini, sebelumnya Rektor IPB Dr Arif Satria mengungkapkan tentang kualitas mahasiswa adalah faktor penting sebuah perguruan tinggi dalam menghasilkan lulusan yang memenuhi standar kompetensi tinggi dan mampu bersaing di tingkat nasional maupun global.

“Oleh karena itu, IPB senantiasa berupaya untuk mendapatkan calon mahasiswa terbaik melalui mekanisme seleksi calon mahasiswa baru, dengan berinovasi dalam melakukan seleksi mahasiswa baru,” ujarnya.

Ia mengenang, pada 1976, IPB merupakan satu dari lima perguruan tinggi perintis program Sekretariat Kerjasama Antar Lima Universitas (SKALU). Selanjutnya, pada tahun 1979, IPB juga menjadi salah satu pelopor dalam seleksi mahasiswa tanpa tes melalui Proyek Perintis II bersama Universitas Indonesia (UI), Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Institut Teknologi Bandung (ITB), dimana seleksi dilakukan melalui nilai rapor SMA.

“Mekanisme seleksi melalui nilai rapor ini sekarang telah dijadikan sebagai salah satu pola seleksi nasional yang dikenal dengan Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) setelah mengalami beberapa perubahan nama,” jelasnya.

Ia mengatakan, ketika banyak perguruan tinggi mengembangkan seleksi mandiri yang seringkali dinilai sebagai upaya meningkatkan pendapatan perguruan tinggi, pada 2003 IPB mulai mengembangkan skema Beasiswa Utusan Daerah (BUD) yaitu suatu mekanisme untuk mencari calon mahasiswa terbaik dari berbagai daerah di Indonesia dengan skema pembiayaan oleh pemerintah daerah atau swasta dan lembaga lain.

“Melalui mekanisme BUD ini diharapkan pembiayaannya tidak akan membebani mahasiswa, dan lulusannya akan kembali ke daerah masing-masing membantu pemerintah setempat dalam membangun daerahnya,” terangnya.

Ketika minat calon mahasiswa untuk belajar dalam bidang pertanian di berbagai perguruan tinggi semakin menurun, IPB membuka seleksi untuk mencari calon mahasiswa yang memiliki kecintaan pada bidang pertanian sekaligus memiliki bakat (talenta) kepemimpinan dan kewirausahaan melalui seleksi mandiri yang diberi nama Ujian Talenta Masuk IPB (UTMI).

“Seleksi ini menerapkan seleksi melalui mekanisme talent mapping dan test potensi akademik,” katanya.

Kini, di era demokrasi dan desentralisasi, ketika kualitas kepemimpinan di pusat dan daerah menjadi salah satu kebutuhan yang sangat mendesak, IPB mengembangkan salah satu skema seleksi calon mahasiswa baru jalur khusus bagi Ketua OSIS yang memenuhi syarat akademik sebagai mahasiswa IPB.

“Skema ini adalah salah satu seleksi mandiri untuk mencari calon mahasiswa yang telah terbukti memiliki jiwa kepemimpinan sebagai ketua OSIS selama di SMA,” katanya.

Bahkan seleksi ini dianggap dapat melahirkan mahasiswa yang memiliki kemampuan akademik untuk dijadikan calon pemimpin dengan intelektual tinggi, atau intelektual memiliki jiwa kepemimpinan yang kuat.

“Diharapkan skema ini akan menghasilkan calon-calon pemimpin, baik pemimpin nasional, daerah, perusahaan maupun penggerak masyarakat yang memimpin dengan pendekatan scientific, menerapkan scientific based leadership,” terangnya.(BM/ist)