DEPOK (IndependensI.com) – Penyebaran paham-paham radikalisme yang memiliki makna negatif seperti intoleransi, anti-NKRI, anti-Pancasila dan penyebaran paham-paham takfiri pada akhir-akhir ini tentunya menjadi keprihatinan sendiri di lingkungan Perguruan Tinggi. Tak pelak lagi, hal tersebut menimbulkan kecemasan tersendiri dari kalangan akdemisi khususnya para Guru Besar.
Hal tersebut membuat Kepala Badan Nasional Penangguangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Drs Suhardi Alius, MH merasa perlu memberikan penjelasan kepada para Guru Besar, pejabat struktural dan sekitar 400 mahasiswa baru di lingkungan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI), Senin (20/8/2018)
“Hari ini saya diundang oleh Dekan FEB UI untuk berbicara di dua sesi. Pertama memberikan pencerahan kepada adik-adik mahasiswa baru di FEB UI ini khususnya bagaimana mengenal lingkungan dia dengan baik,” kata Suhardi.
“Dan yang kedua saya diundang juga untuk bertemu dengan para Guru Besar dan para pejabat struktural di lingkungan FEB ini untuk memberikan pemahaman yang utuh juga masalah bagaimana paham-paham itu bisa masuk ke dalam lingkungan pendidikan,” ujarnya.
Pada sesi pertemuan terhadap para Guru Besar dan Pejabat Struktural FEB UI, Kepala BNPT memberikan penjelasan secara jelas dengan memberikan contoh dan sebagainya. Sehingga para pejabat FEB UI ini mempunyai pemahaman yang utuh tentang bagaimana hal tersebut bisa terjadi.
“Lalu kita perlihatkan juga fakta faktanya yang sudah terjadi dan kemudian kita beri tahu modus modus operandi seperti apa, khususnya dalam entry point mereka dalam penerimaan mahasiswa baru seperti sekarang ini,” ujar mantan Kabareskrim Polri ini
Lebih lanjut menurutnya, setelah dirinnya menguraikan secara gamblang lalu dirinya memberikan treatment. Hal ini agar ada pemahaman yang utuh juga bagaimana pihak Dekan dengan seluruh perangkatnya bisa memberikan perhatian khusus kepada calon calon mahasiswa barunya ini.
“Pihak fakultas harus bisa mengidentifikasi dan melaporkan jika menemukan setiap fenomena dan gejala gejala yang tidak bagus dalam proses belajar mengajar yang ada di lingkungan pendidikan khususnya FEB ini. Kami harap pihak Dekan punya treatment treatment sehingga mereka bisa saling mengingatkan,” kata alumnus Akpol tahun 1985 ini
Dikatakan mantan Kapolda Jawa Barat ini, dari penjelasan yang telah disampaikannya tersebut banyak sekali pertanyaan-pertanyaan untuk dimintai penjelasan lebih lanjut. Dan pihaknya berjanji untuk membantu pihak FEB UI jika dikemudian hari menemukan hal-hal seperti yang ia jelaskan namun belum dapat diselesaikan oleh pihak FEB UI.
“Kita selalu siap setiap saat untuk membantu FEB. Bukan hanya FEB saja, tapi termasuk UI pada umumnya dan perguruan tinggi di Indonesia lainnya pada umumnya untuk bisa sharing terkait masalah ini,” kata mantan Kepala Divisi Humas Polri ini.
Lebih lanjut dirinya mengatakan, apa yang ia sampaikan kepada para Guru Besar FEB UI ini juga akan menjadi bekal dalam upaya membentengi lingkungan perguruan tinggi dari penyebaran-penyebaran paham-paham radikal yang bersifat negatif.
“Dengan apa yang saya jelaskan tadi para Guru Besar banyak yang terperangah setelah melihat bagaimana fenomena itu terjadi. Dan sekarang mereka punya perspektif yang lebih lengkap. Karena beliau-beliau ini adalah kaum akademisi yang jauh pemahaman-pemahaman dalam masalah konteks intelektualis tentunya. Saya yakin akan banyak dan berkembang ini pola-pola yang tidak kita pikirkan malah terpiirkan oleh para beliau-beliau (Guru Besar) ini,” ujar mantan Wakapolda Metro Jaya ini.
Saat sesi pembekalan terhadap para mahasiswa baru FEB UI, mantan Sekretaris Utama (Sestama) Lemhanas RI ini juga mengapresiasi para mahasiswa baru itu dengan pertanyaan-pertanyaan yang kritis dilontakan kepada dirinya. Para mahasiswa ini menurutnya adalah anak bangsa yang masih punya idealisme tinggi dan merupakan kelebihan mereka.
“Itu sangat bagus. Dia harus diberikan pemahaman. Kenapa pertanyaan itu muncul ? Karena rasa keingintahuannya tinggi, nah kita memberikan jawaban yang benar-benar jawaban yang baik. Sehingga dia mempunyai pemahaman yang benar juga,” ujanrya
Sementara itu Dekan FEB UI, Prof Ari Kuncoro, SE, MA, PhD, mengatakan, penjelasan Kepala BNPT ini untuk menjawab keprihatinan para akademisi khususnya yang ada di lingkungan FEB UI mengenai berkembangnya paham-paham radikalisme di lingkungan perguruan tinggi yang sering dibicarakan akhir akhir ini
“Dengan penjelasan lengkap dari Kepala BNPT tadi maka kita ingin mencegahnya langsung dari sumbernya bahwa yang namanya radikalisme dan terorisme itu asalnya dari intoleransi itu tadi,” ujar Ari Kuncoro.
Diriya mengamati bahwa selama 10 tahun terakhir, berbagai pihak barangkali tidak lagi memperdulikan pelajaran pelajaran yang sangat penting untuk kebangsaan, seperti yang pernah ia dapatkan saat dulu duduk dibangku sekolah seperti Pendidikan Moral Pancasila (PMP) dan mata kuliah Pancasila serta Kewiraan saat menempuh bangku kuliah.
“Selama ini kita menggantinya dengan mata kuliah lain yang isinya itu barangkali perlu kita tinjau lagi. Karena kita sebagai bangsa yang majemuk, maka salah satu syarat untuk setiap kita bisa eksis itu adalah toleransi,” ujarnya.
Untuk itu menurutnya, saat ini seharusnya bisa menjadi suatu momentum untuk bagi seluruh pihak untuk meninjau kembali mata kuliah-mata kuliah kebangsaan, teru
“Dengan kedatangan bapak Komjen Suhardi Alius ini adalah sebagai satu bentuk untuk menjawab keprihatinan juga bahwa kita sudah sampai tahap ini, tapi kita jangan putus asa bahwa kita tetap bisa melakukannya dari awal lagi sehingga tren-tren yang boleh dikatakan merusak tadi bisa kita hentikan,” ujarnya mengakhiri.
Sejumlah Guru Besar FEB UI tampak ikut hadir dalam sesi ysang dikhususkan terhadap para Guru Besar dan Pejabat Struktural FEB UI, diantaranya yakni Prof Dr. Emil Salim yang merupakan mantan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup di era Orde Baru, lalu ada mantan Deputi Senior Bank Indonesia, Prof Dr Miranda S Goeltom SE, MBA, dan para Guru Besar FEB UI lainnya.